Copyright © Arina for Life...
Design by Dzignine
Selasa, 24 November 2009

Cermin Pendidikan

Cermin Pendidikan
(Hubungan Pendidik-Peserta didik)
“Menjadikan Hidup Lebih Berarti”

Menjadi pendidik merupakan profesi yang menarik, walaupun pengalaman menjadi guru baru beberapa bulan namun aku sudah jatuh cinta pada profesi ini…
Kenyataannya, dibalik kecintaan ini memdatangkan tantangan baru yang semakin lama semakin berat. Sadar atau tidak, perduli atau tidak, seorang guru pasti mengetahui bahwa saat ini makin banyak murid sekolah, bahkan mahasiswa yang bosan dengan proses belajar formal di sekolah atau perguruan tinggi.
Hal ini dapat menyebabkan semangat belajar dari peserta didik akan menurun…padahal tujuan asasi pendidikan adalah berupa tumbuh kembang peserta didik yang makin lama gemar belajar, semakin suka belajar sendiri dan mampu belajar secara mandiri.
Kegemaran dan kemampuan belajar mandiri menjadi penting karena akan mengembangkan biopsikososiospiritual pada peserta didik. Juga lebih memungkinkan meningkatkan kemampuan memecahkan masalah di tengah kehidupan riil, dan memungkinkan memberi arti bagi kehidupannya…
Penurunan semangat belajar dapat dikarenakan peserta didik kurang merasakan hubungan yang relevan dengan apa yang mereka pelajari di sekolah, sehingga sebagian besar di antara mereka merasakan bahwa aktivitas belajar hanya untuk ulangan, naik kelas atau kelulusan saja.
Lalu pertanyaannya, bagaimana kita dapat merubahnya ?
Terdapat alternatif penyelesaian…
1.Kembangkan kreativitas peserta didik, menyadarkan mereka bahwa, mereka dapat menjadikan hidup mereka lebih berarti dengan kreativitas yang mereka kembangkan.
Kenyataan yang terjadi, besarnya beban belajar, dan ambisi orang tua dan guru untuk mencetak “siswa yang serba bisa”
2.Meningkatan kreativitas pendidik, karena merujuk dari ungkapan Bebbi de Porte, Mark Reardon, dan Sarah Singer Novrie: Their to Ours, Ours to Theirs, atau “Bawalah dunia pada murid ke dunia para pendidik, kemudian antarkan dunia para pendidik ke dunia para murid.”
Kenyataan yang terjadi, pendidik datang ke sekolah dengan tujuan utama yaitu mengajar untuk menyelesaikan seabrek bahan sesuai KTSP.
3.Perlunya hubungan yang hangat antara pendidik dan peserta didik. Karena hubungan hangat dan sling mengerti penting untuk menumbuhkembangkan suasana belajar-mengajar yang menyenangkan.
Kenyataan yang terjadi, peserta didik dan pendidik bertemu untuk menyelesaikan kontrak pekerjaan atau tugas masing-masing. Padahal sesungguhnya, motivasi belajar mengajar akan lebih berkembang jika ada relasi yang menyenangkan, penuh saling hormat, saling menghargai, dan saling mengerti antara pendidik dan peserta didik.
Jika ketiga hal diatas dapat dilaksanakan dengan baik maka dapat meningkatkan semangat belajar peserta didik. Satu hal lagi yang dapat mereka pelajari adalah menjadikan hidup mereke lebih berarti.

Dari tulisan Limas Sutanto, SpKJ dengan perubahan..
Kamis, 19 November 2009

Stop Teen Dating Violence Campaign !!


Stop Teen Dating Violence Campaign !!
(Hentikan kekerasan dalam berpacaran !!)


In faith, I do not love you with my eyes
For they in you a thousand errors will note;
But this is my heart that loves what they despise
Who, in despite of view, is pleased to dote
Nor are my ears with your tongue’s tune delighted
Nor tender feeling to base prone touches
Nor taste nor smell desire to be invited
To any sensual feast with you alone
But my five wits nor my five senses can
Dissuade one foolish heart from serving you
Who leaves unswayed the likeness of man
Your proud heart’s slave and vassal-wretch to be
Only my plague thus far I count my gain
That she that makes me sin awards me pain

From Sonnets and ‘A lover’s complaint’, Shakespeare

Beberapa orang mungkin tidak pernah menyadari bahwa kejadiaan ini dekat dengan kita, teman-teman kita, saudara kita, bahkan anak-anak kita…
Semua itu tidak terdengar karena kebanyakan saat sedang jatuh cinta, kita menganggap bahwa pacar kita adalah segalanya dan membuat kita rela diperlakukan atau melakukan apapun demi si dia. Padahal, cemburu berlebihan, membentak, memaki, memukul, menampar, itu semua bukan bentuk rasa cinta, tapi kekerasan. Kalau bingung membedakan antara kekerasan dengan cinta, berarti kita sudah dibutakan oleh cinta. Untuk membedakannya, ingatlah bahwa cinta itu lemah lembut, sabar, rendah hati, penuh kasih, dan tidak ada kekerasan dalam cinta.
Kekerasan yang bisa terjadi adalah kekerasan fisik, emosional bahkan seksual…
Teen Dating Violence sudah mendapat perhatian serius di USA, namun Indonesia, istilah ini bahkan belum familiar terdengar di masyarakat.
Beberapa penelitian di USA disebutkan tingginya angka kejadian…yaitu 1 diantara 5 pelajar wanita telah mengalami kekerasan fisik dan atau seksual oleh pasangan mereka 1. Di Indonesia ???
Fakta lain menyebutkan 81% orang tua yang disurvey, tidak mengetahui dan tidak perduli dengan Teen Dating Violence2.
Pertanyaannya adalah kepada siapa remaja-remaja kita akan mengadu ???
Saatnya kita ikut menghentikan ini semua, Stop Teen Dating Violence !!
Jadilah orang pertama yang membenci kekerasan…apalagi kekerasan atas nama CINTA !

1. (Jay G. Silverman, PhD; Anita Raj, PhD; Lorelei A. Mucci, MPH; and Jeanne E. Hathaway, MD, MPH, “Dating Violence Against Adolescent Girls and Associated Substance Use, Unhealthy Weight Control, Sexual Risk Behavior, Pregnancy, and Suicidality,” Journal of the American Medical Association, Vol. 286, (No. 5, 2001).)

2. “Women’s Health,” June/July 2004, Family Violence Prevention Fund and Advocates for Youth,
http://www.med.umich.edu/whp/newsletters/summer04/p03-dating.html, (Last visited 9/23/04).

Cermin Pendidikan

Cermin Pendidikan
(Hubungan Pendidik-Peserta didik)
“Menjadikan Hidup Lebih Berarti”

Menjadi pendidik merupakan profesi yang menarik, walaupun pengalaman menjadi guru baru beberapa bulan namun aku sudah jatuh cinta pada profesi ini…
Kenyataannya, dibalik kecintaan ini memdatangkan tantangan baru yang semakin lama semakin berat. Sadar atau tidak, perduli atau tidak, seorang guru pasti mengetahui bahwa saat ini makin banyak murid sekolah, bahkan mahasiswa yang bosan dengan proses belajar formal di sekolah atau perguruan tinggi.
Hal ini dapat menyebabkan semangat belajar dari peserta didik akan menurun…padahal tujuan asasi pendidikan adalah berupa tumbuh kembang peserta didik yang makin lama gemar belajar, semakin suka belajar sendiri dan mampu belajar secara mandiri.
Kegemaran dan kemampuan belajar mandiri menjadi penting karena akan mengembangkan biopsikososiospiritual pada peserta didik. Juga lebih memungkinkan meningkatkan kemampuan memecahkan masalah di tengah kehidupan riil, dan memungkinkan memberi arti bagi kehidupannya…
Penurunan semangat belajar dapat dikarenakan peserta didik kurang merasakan hubungan yang relevan dengan apa yang mereka pelajari di sekolah, sehingga sebagian besar di antara mereka merasakan bahwa aktivitas belajar hanya untuk ulangan, naik kelas atau kelulusan saja.
Lalu pertanyaannya, bagaimana kita dapat merubahnya ?
Terdapat alternatif penyelesaian…
1.Kembangkan kreativitas peserta didik, menyadarkan mereka bahwa, mereka dapat menjadikan hidup mereka lebih berarti dengan kreativitas yang mereka kembangkan.
Kenyataan yang terjadi, besarnya beban belajar, dan ambisi orang tua dan guru untuk mencetak “siswa yang serba bisa”
2.Meningkatan kreativitas pendidik, karena merujuk dari ungkapan Bebbi de Porte, Mark Reardon, dan Sarah Singer Novrie: Their to Ours, Ours to Theirs, atau “Bawalah dunia pada murid ke dunia para pendidik, kemudian antarkan dunia para pendidik ke dunia para murid.”
Kenyataan yang terjadi, pendidik datang ke sekolah dengan tujuan utama yaitu mengajar untuk menyelesaikan seabrek bahan sesuai KTSP.
3.Perlunya hubungan yang hangat antara pendidik dan peserta didik. Karena hubungan hangat dan sling mengerti penting untuk menumbuhkembangkan suasana belajar-mengajar yang menyenangkan.
Kenyataan yang terjadi, peserta didik dan pendidik bertemu untuk menyelesaikan kontrak pekerjaan atau tugas masing-masing. Padahal sesungguhnya, motivasi belajar mengajar akan lebih berkembang jika ada relasi yang menyenangkan, penuh saling hormat, saling menghargai, dan saling mengerti antara pendidik dan peserta didik.
Jika ketiga hal diatas dapat dilaksanakan dengan baik maka dapat meningkatkan semangat belajar peserta didik. Satu hal lagi yang dapat mereka pelajari adalah menjadikan hidup mereke lebih berarti.

Dari tulisan Limas Sutanto, SpKJ dengan perubahan..

Stop Teen Dating Violence Campaign !!


Stop Teen Dating Violence Campaign !!
(Hentikan kekerasan dalam berpacaran !!)


In faith, I do not love you with my eyes
For they in you a thousand errors will note;
But this is my heart that loves what they despise
Who, in despite of view, is pleased to dote
Nor are my ears with your tongue’s tune delighted
Nor tender feeling to base prone touches
Nor taste nor smell desire to be invited
To any sensual feast with you alone
But my five wits nor my five senses can
Dissuade one foolish heart from serving you
Who leaves unswayed the likeness of man
Your proud heart’s slave and vassal-wretch to be
Only my plague thus far I count my gain
That she that makes me sin awards me pain

From Sonnets and ‘A lover’s complaint’, Shakespeare

Beberapa orang mungkin tidak pernah menyadari bahwa kejadiaan ini dekat dengan kita, teman-teman kita, saudara kita, bahkan anak-anak kita…
Semua itu tidak terdengar karena kebanyakan saat sedang jatuh cinta, kita menganggap bahwa pacar kita adalah segalanya dan membuat kita rela diperlakukan atau melakukan apapun demi si dia. Padahal, cemburu berlebihan, membentak, memaki, memukul, menampar, itu semua bukan bentuk rasa cinta, tapi kekerasan. Kalau bingung membedakan antara kekerasan dengan cinta, berarti kita sudah dibutakan oleh cinta. Untuk membedakannya, ingatlah bahwa cinta itu lemah lembut, sabar, rendah hati, penuh kasih, dan tidak ada kekerasan dalam cinta.
Kekerasan yang bisa terjadi adalah kekerasan fisik, emosional bahkan seksual…
Teen Dating Violence sudah mendapat perhatian serius di USA, namun Indonesia, istilah ini bahkan belum familiar terdengar di masyarakat.
Beberapa penelitian di USA disebutkan tingginya angka kejadian…yaitu 1 diantara 5 pelajar wanita telah mengalami kekerasan fisik dan atau seksual oleh pasangan mereka 1. Di Indonesia ???
Fakta lain menyebutkan 81% orang tua yang disurvey, tidak mengetahui dan tidak perduli dengan Teen Dating Violence2.
Pertanyaannya adalah kepada siapa remaja-remaja kita akan mengadu ???
Saatnya kita ikut menghentikan ini semua, Stop Teen Dating Violence !!
Jadilah orang pertama yang membenci kekerasan…apalagi kekerasan atas nama CINTA !

1. (Jay G. Silverman, PhD; Anita Raj, PhD; Lorelei A. Mucci, MPH; and Jeanne E. Hathaway, MD, MPH, “Dating Violence Against Adolescent Girls and Associated Substance Use, Unhealthy Weight Control, Sexual Risk Behavior, Pregnancy, and Suicidality,” Journal of the American Medical Association, Vol. 286, (No. 5, 2001).)

2. “Women’s Health,” June/July 2004, Family Violence Prevention Fund and Advocates for Youth,
http://www.med.umich.edu/whp/newsletters/summer04/p03-dating.html, (Last visited 9/23/04).

Selasa, 24 November 2009

Cermin Pendidikan

Cermin Pendidikan
(Hubungan Pendidik-Peserta didik)
“Menjadikan Hidup Lebih Berarti”

Menjadi pendidik merupakan profesi yang menarik, walaupun pengalaman menjadi guru baru beberapa bulan namun aku sudah jatuh cinta pada profesi ini…
Kenyataannya, dibalik kecintaan ini memdatangkan tantangan baru yang semakin lama semakin berat. Sadar atau tidak, perduli atau tidak, seorang guru pasti mengetahui bahwa saat ini makin banyak murid sekolah, bahkan mahasiswa yang bosan dengan proses belajar formal di sekolah atau perguruan tinggi.
Hal ini dapat menyebabkan semangat belajar dari peserta didik akan menurun…padahal tujuan asasi pendidikan adalah berupa tumbuh kembang peserta didik yang makin lama gemar belajar, semakin suka belajar sendiri dan mampu belajar secara mandiri.
Kegemaran dan kemampuan belajar mandiri menjadi penting karena akan mengembangkan biopsikososiospiritual pada peserta didik. Juga lebih memungkinkan meningkatkan kemampuan memecahkan masalah di tengah kehidupan riil, dan memungkinkan memberi arti bagi kehidupannya…
Penurunan semangat belajar dapat dikarenakan peserta didik kurang merasakan hubungan yang relevan dengan apa yang mereka pelajari di sekolah, sehingga sebagian besar di antara mereka merasakan bahwa aktivitas belajar hanya untuk ulangan, naik kelas atau kelulusan saja.
Lalu pertanyaannya, bagaimana kita dapat merubahnya ?
Terdapat alternatif penyelesaian…
1.Kembangkan kreativitas peserta didik, menyadarkan mereka bahwa, mereka dapat menjadikan hidup mereka lebih berarti dengan kreativitas yang mereka kembangkan.
Kenyataan yang terjadi, besarnya beban belajar, dan ambisi orang tua dan guru untuk mencetak “siswa yang serba bisa”
2.Meningkatan kreativitas pendidik, karena merujuk dari ungkapan Bebbi de Porte, Mark Reardon, dan Sarah Singer Novrie: Their to Ours, Ours to Theirs, atau “Bawalah dunia pada murid ke dunia para pendidik, kemudian antarkan dunia para pendidik ke dunia para murid.”
Kenyataan yang terjadi, pendidik datang ke sekolah dengan tujuan utama yaitu mengajar untuk menyelesaikan seabrek bahan sesuai KTSP.
3.Perlunya hubungan yang hangat antara pendidik dan peserta didik. Karena hubungan hangat dan sling mengerti penting untuk menumbuhkembangkan suasana belajar-mengajar yang menyenangkan.
Kenyataan yang terjadi, peserta didik dan pendidik bertemu untuk menyelesaikan kontrak pekerjaan atau tugas masing-masing. Padahal sesungguhnya, motivasi belajar mengajar akan lebih berkembang jika ada relasi yang menyenangkan, penuh saling hormat, saling menghargai, dan saling mengerti antara pendidik dan peserta didik.
Jika ketiga hal diatas dapat dilaksanakan dengan baik maka dapat meningkatkan semangat belajar peserta didik. Satu hal lagi yang dapat mereka pelajari adalah menjadikan hidup mereke lebih berarti.

Dari tulisan Limas Sutanto, SpKJ dengan perubahan..

Kamis, 19 November 2009

Stop Teen Dating Violence Campaign !!


Stop Teen Dating Violence Campaign !!
(Hentikan kekerasan dalam berpacaran !!)


In faith, I do not love you with my eyes
For they in you a thousand errors will note;
But this is my heart that loves what they despise
Who, in despite of view, is pleased to dote
Nor are my ears with your tongue’s tune delighted
Nor tender feeling to base prone touches
Nor taste nor smell desire to be invited
To any sensual feast with you alone
But my five wits nor my five senses can
Dissuade one foolish heart from serving you
Who leaves unswayed the likeness of man
Your proud heart’s slave and vassal-wretch to be
Only my plague thus far I count my gain
That she that makes me sin awards me pain

From Sonnets and ‘A lover’s complaint’, Shakespeare

Beberapa orang mungkin tidak pernah menyadari bahwa kejadiaan ini dekat dengan kita, teman-teman kita, saudara kita, bahkan anak-anak kita…
Semua itu tidak terdengar karena kebanyakan saat sedang jatuh cinta, kita menganggap bahwa pacar kita adalah segalanya dan membuat kita rela diperlakukan atau melakukan apapun demi si dia. Padahal, cemburu berlebihan, membentak, memaki, memukul, menampar, itu semua bukan bentuk rasa cinta, tapi kekerasan. Kalau bingung membedakan antara kekerasan dengan cinta, berarti kita sudah dibutakan oleh cinta. Untuk membedakannya, ingatlah bahwa cinta itu lemah lembut, sabar, rendah hati, penuh kasih, dan tidak ada kekerasan dalam cinta.
Kekerasan yang bisa terjadi adalah kekerasan fisik, emosional bahkan seksual…
Teen Dating Violence sudah mendapat perhatian serius di USA, namun Indonesia, istilah ini bahkan belum familiar terdengar di masyarakat.
Beberapa penelitian di USA disebutkan tingginya angka kejadian…yaitu 1 diantara 5 pelajar wanita telah mengalami kekerasan fisik dan atau seksual oleh pasangan mereka 1. Di Indonesia ???
Fakta lain menyebutkan 81% orang tua yang disurvey, tidak mengetahui dan tidak perduli dengan Teen Dating Violence2.
Pertanyaannya adalah kepada siapa remaja-remaja kita akan mengadu ???
Saatnya kita ikut menghentikan ini semua, Stop Teen Dating Violence !!
Jadilah orang pertama yang membenci kekerasan…apalagi kekerasan atas nama CINTA !

1. (Jay G. Silverman, PhD; Anita Raj, PhD; Lorelei A. Mucci, MPH; and Jeanne E. Hathaway, MD, MPH, “Dating Violence Against Adolescent Girls and Associated Substance Use, Unhealthy Weight Control, Sexual Risk Behavior, Pregnancy, and Suicidality,” Journal of the American Medical Association, Vol. 286, (No. 5, 2001).)

2. “Women’s Health,” June/July 2004, Family Violence Prevention Fund and Advocates for Youth,
http://www.med.umich.edu/whp/newsletters/summer04/p03-dating.html, (Last visited 9/23/04).