Copyright © Arina for Life...
Design by Dzignine
Sabtu, 12 Maret 2011

Masih tentang kehilangan - Sebuah catatan dukacita


Di dalam kesunyian dan waktu sendiri,  saya masih sering merasakan ada sesuatu yang berbeda, rasa kehilangan, kekosongan yang dulu tidak pernah saya rasakan...

Seharusnya dukacita punya masa kadaluarsa. Buku-buku tentang kehilangan menyatakan tidak apa-apa jika kau terbangun menangis, tapi itu hanya satu bulan. Dan setelah empat puluh hari kau tidak akan menoleh dengan jatung berdebar cepat, yakin bahwa kau mendengarnya memanggil namamu. Bahkan saudara-saudara jauh saya selalu berkata, empat puluh hari adalah waktu yang cukup untuk merasakan kesedihan ini. Meski begitu mungkin tidak akan kena denda jika saya masih merasakan kepedihan dari luka saya ketika sedang membersihkan kamarnya, merapikan mejanya dan membolak balik fotonya. Bahwa tidak apa-apa menghitung waktu, seberapa lama dia telah pergi, sama seperti saya dulu menghitung kapan ulang tahunnya.

Dukacita adalah seperti kita mencabut satu bunga di sebuah taman, mengoyak permukaan tanah namun tanah di dalamnya akan tetap utuh. Mungkin itu seperti keluarga kami, bahwa kenyataannya semua yang di bawah tetap tak berubah, tapi kenyataannya, semua terluka. Dan setelah satu bunga itu tercabut, kami menyadari bahwa bunga itu ternyata begitu cantik. Karena bagaimanapun, taman yang kami miliki tak akan sama lagi tanpa bunga itu.



Dukacita membuat saya seperti hidup di dunia yang memiliki perbedaan waktu dengan dunia yang sebenarnya. Dukacita membuat dunia yang saya lalui terasa lambat, seakan kami dalam gerak lambat dalam sebuah adegan film. Sementara di dunia yang sebenarnya, semua orang berjalan dengan cepat, bagaimanapun semua harus tetap hidup dan melanjutkan hidup. Meskipun kadang saya berharap waktu dapat melambat untuk dukacita yang saya rasakan.

Kehilangan, membuat saya menerka-nerka....ketika saya memandang langit malam yang penuh dengan bintang  apakah dia dapat melihat bintang yang sama seperti yang saya lihat? Kehilangan, akhirnya membuat saya  tak pernah ragu untuk memberikan setiap kebahagiaan saya untuk dapat membahagiakan orang-orang yang saya sayangi.


Tujuh bulan seharusnya bukan lagi tentang  dukacita dan kehilangan, meski saya masih bisa mencium baunya, melihat senyumnya, membayangkan wajahnya ketika dengan nakalnya dia mencela saya. Mungkin beberapa bulan lagi, ketika musim hujan terlah berlalu, ketika saya tidak lagi berkaca-kaca ketika mendengar kisahnya diceritakan, mungkin saat itu saya tidak lagi mengucapkan selamat malam ketika menutup pintu kamarnya, tidak lagi memikirkan pendapatnya ketika hendak meminjam film, dan mulai melupakan bahwa dia punya bintik-bintik di punggungnya. Saat itu, dimanapun saya, seperti apapun keadaan saya,  saya telah membawanya di hati saya, kemanapun saya pergi...
  


Lagu favorit saya akhir-akhir ini :

0 komentar:

Masih tentang kehilangan - Sebuah catatan dukacita


Di dalam kesunyian dan waktu sendiri,  saya masih sering merasakan ada sesuatu yang berbeda, rasa kehilangan, kekosongan yang dulu tidak pernah saya rasakan...

Seharusnya dukacita punya masa kadaluarsa. Buku-buku tentang kehilangan menyatakan tidak apa-apa jika kau terbangun menangis, tapi itu hanya satu bulan. Dan setelah empat puluh hari kau tidak akan menoleh dengan jatung berdebar cepat, yakin bahwa kau mendengarnya memanggil namamu. Bahkan saudara-saudara jauh saya selalu berkata, empat puluh hari adalah waktu yang cukup untuk merasakan kesedihan ini. Meski begitu mungkin tidak akan kena denda jika saya masih merasakan kepedihan dari luka saya ketika sedang membersihkan kamarnya, merapikan mejanya dan membolak balik fotonya. Bahwa tidak apa-apa menghitung waktu, seberapa lama dia telah pergi, sama seperti saya dulu menghitung kapan ulang tahunnya.

Dukacita adalah seperti kita mencabut satu bunga di sebuah taman, mengoyak permukaan tanah namun tanah di dalamnya akan tetap utuh. Mungkin itu seperti keluarga kami, bahwa kenyataannya semua yang di bawah tetap tak berubah, tapi kenyataannya, semua terluka. Dan setelah satu bunga itu tercabut, kami menyadari bahwa bunga itu ternyata begitu cantik. Karena bagaimanapun, taman yang kami miliki tak akan sama lagi tanpa bunga itu.



Dukacita membuat saya seperti hidup di dunia yang memiliki perbedaan waktu dengan dunia yang sebenarnya. Dukacita membuat dunia yang saya lalui terasa lambat, seakan kami dalam gerak lambat dalam sebuah adegan film. Sementara di dunia yang sebenarnya, semua orang berjalan dengan cepat, bagaimanapun semua harus tetap hidup dan melanjutkan hidup. Meskipun kadang saya berharap waktu dapat melambat untuk dukacita yang saya rasakan.

Kehilangan, membuat saya menerka-nerka....ketika saya memandang langit malam yang penuh dengan bintang  apakah dia dapat melihat bintang yang sama seperti yang saya lihat? Kehilangan, akhirnya membuat saya  tak pernah ragu untuk memberikan setiap kebahagiaan saya untuk dapat membahagiakan orang-orang yang saya sayangi.


Tujuh bulan seharusnya bukan lagi tentang  dukacita dan kehilangan, meski saya masih bisa mencium baunya, melihat senyumnya, membayangkan wajahnya ketika dengan nakalnya dia mencela saya. Mungkin beberapa bulan lagi, ketika musim hujan terlah berlalu, ketika saya tidak lagi berkaca-kaca ketika mendengar kisahnya diceritakan, mungkin saat itu saya tidak lagi mengucapkan selamat malam ketika menutup pintu kamarnya, tidak lagi memikirkan pendapatnya ketika hendak meminjam film, dan mulai melupakan bahwa dia punya bintik-bintik di punggungnya. Saat itu, dimanapun saya, seperti apapun keadaan saya,  saya telah membawanya di hati saya, kemanapun saya pergi...
  


Lagu favorit saya akhir-akhir ini :

Tidak ada komentar:

Sabtu, 12 Maret 2011

Masih tentang kehilangan - Sebuah catatan dukacita


Di dalam kesunyian dan waktu sendiri,  saya masih sering merasakan ada sesuatu yang berbeda, rasa kehilangan, kekosongan yang dulu tidak pernah saya rasakan...

Seharusnya dukacita punya masa kadaluarsa. Buku-buku tentang kehilangan menyatakan tidak apa-apa jika kau terbangun menangis, tapi itu hanya satu bulan. Dan setelah empat puluh hari kau tidak akan menoleh dengan jatung berdebar cepat, yakin bahwa kau mendengarnya memanggil namamu. Bahkan saudara-saudara jauh saya selalu berkata, empat puluh hari adalah waktu yang cukup untuk merasakan kesedihan ini. Meski begitu mungkin tidak akan kena denda jika saya masih merasakan kepedihan dari luka saya ketika sedang membersihkan kamarnya, merapikan mejanya dan membolak balik fotonya. Bahwa tidak apa-apa menghitung waktu, seberapa lama dia telah pergi, sama seperti saya dulu menghitung kapan ulang tahunnya.

Dukacita adalah seperti kita mencabut satu bunga di sebuah taman, mengoyak permukaan tanah namun tanah di dalamnya akan tetap utuh. Mungkin itu seperti keluarga kami, bahwa kenyataannya semua yang di bawah tetap tak berubah, tapi kenyataannya, semua terluka. Dan setelah satu bunga itu tercabut, kami menyadari bahwa bunga itu ternyata begitu cantik. Karena bagaimanapun, taman yang kami miliki tak akan sama lagi tanpa bunga itu.



Dukacita membuat saya seperti hidup di dunia yang memiliki perbedaan waktu dengan dunia yang sebenarnya. Dukacita membuat dunia yang saya lalui terasa lambat, seakan kami dalam gerak lambat dalam sebuah adegan film. Sementara di dunia yang sebenarnya, semua orang berjalan dengan cepat, bagaimanapun semua harus tetap hidup dan melanjutkan hidup. Meskipun kadang saya berharap waktu dapat melambat untuk dukacita yang saya rasakan.

Kehilangan, membuat saya menerka-nerka....ketika saya memandang langit malam yang penuh dengan bintang  apakah dia dapat melihat bintang yang sama seperti yang saya lihat? Kehilangan, akhirnya membuat saya  tak pernah ragu untuk memberikan setiap kebahagiaan saya untuk dapat membahagiakan orang-orang yang saya sayangi.


Tujuh bulan seharusnya bukan lagi tentang  dukacita dan kehilangan, meski saya masih bisa mencium baunya, melihat senyumnya, membayangkan wajahnya ketika dengan nakalnya dia mencela saya. Mungkin beberapa bulan lagi, ketika musim hujan terlah berlalu, ketika saya tidak lagi berkaca-kaca ketika mendengar kisahnya diceritakan, mungkin saat itu saya tidak lagi mengucapkan selamat malam ketika menutup pintu kamarnya, tidak lagi memikirkan pendapatnya ketika hendak meminjam film, dan mulai melupakan bahwa dia punya bintik-bintik di punggungnya. Saat itu, dimanapun saya, seperti apapun keadaan saya,  saya telah membawanya di hati saya, kemanapun saya pergi...
  


Lagu favorit saya akhir-akhir ini :

Tidak ada komentar: