Copyright © Arina for Life...
Design by Dzignine
Rabu, 24 Agustus 2011

Langkah Perempuan dan Hujan...




Perempuan itu melangkah pelan dengan beban dipundaknya, masa lalu di pundak kanan dan masa depan di pundak kirinya. Dia berjalan dengan perlahan, tanpa alas kaki agar kaki-kakinya dapat merasakan setiap tekstur tanah yang dipijaknya.

Perempuan itu berjalan dalam gerimis, mencoba meraba setiap titik hujan yang mengenai ujung. Dia berjalan dalam takut, melangkah dalam cemas, bergerak dengan ratapan tapi tak ada air mata. Kalaupun ada air mata itu kan larut dalam hujan, mengalir tanpa sempat mampir apalagi mengendap.

Hujan terus bersamanya, menyampaikan pesan untuknya. Menyampaikan pesan untuknya.

Seseorang laki-laki memandangnya di kejauhan, hanya terdiam dengan hati cemburu karena hujan lebih dahulu memeluknya dalam kedinginan...

Perempuan itu masih berjalan, menuju tempat dimana kakinya akan berhenti melangkah... 


0 komentar:

Langkah Perempuan dan Hujan...




Perempuan itu melangkah pelan dengan beban dipundaknya, masa lalu di pundak kanan dan masa depan di pundak kirinya. Dia berjalan dengan perlahan, tanpa alas kaki agar kaki-kakinya dapat merasakan setiap tekstur tanah yang dipijaknya.

Perempuan itu berjalan dalam gerimis, mencoba meraba setiap titik hujan yang mengenai ujung. Dia berjalan dalam takut, melangkah dalam cemas, bergerak dengan ratapan tapi tak ada air mata. Kalaupun ada air mata itu kan larut dalam hujan, mengalir tanpa sempat mampir apalagi mengendap.

Hujan terus bersamanya, menyampaikan pesan untuknya. Menyampaikan pesan untuknya.

Seseorang laki-laki memandangnya di kejauhan, hanya terdiam dengan hati cemburu karena hujan lebih dahulu memeluknya dalam kedinginan...

Perempuan itu masih berjalan, menuju tempat dimana kakinya akan berhenti melangkah... 


Tidak ada komentar:

Rabu, 24 Agustus 2011

Langkah Perempuan dan Hujan...




Perempuan itu melangkah pelan dengan beban dipundaknya, masa lalu di pundak kanan dan masa depan di pundak kirinya. Dia berjalan dengan perlahan, tanpa alas kaki agar kaki-kakinya dapat merasakan setiap tekstur tanah yang dipijaknya.

Perempuan itu berjalan dalam gerimis, mencoba meraba setiap titik hujan yang mengenai ujung. Dia berjalan dalam takut, melangkah dalam cemas, bergerak dengan ratapan tapi tak ada air mata. Kalaupun ada air mata itu kan larut dalam hujan, mengalir tanpa sempat mampir apalagi mengendap.

Hujan terus bersamanya, menyampaikan pesan untuknya. Menyampaikan pesan untuknya.

Seseorang laki-laki memandangnya di kejauhan, hanya terdiam dengan hati cemburu karena hujan lebih dahulu memeluknya dalam kedinginan...

Perempuan itu masih berjalan, menuju tempat dimana kakinya akan berhenti melangkah... 


Tidak ada komentar: