Minggu ini menjadi sangat berat buat saya, mengingatnya saja kadang terasa sangat berat namun tiba di titik dimana saya mulai pada titik perenungan dan kemudian ingin menulisnya. Walau akan terkesan melankolis, saya akan tetap akan menulisnya...
Mungkin ini kali pertama aku benar-benar merasa kehilangan seseorang, bukan kisah picisan karena patah hati tapi karena kehilangan untuk selamanya. Meninggal, mati, wafat dan sederetan kata yang berarti sama ini terdengar menakutkan, bahkan walau hanya diucapkan atau didengar, namun ternyata akan lebih dari sekedar menyedihkan daripada menakutkan ketika itu berada di sekitar kita. Mungkin karena rasa kehilangan itu sendiri, karena artinya kita akan kehilangan untuk selamanya... dan benar, berharap dia kembali hanya akan membuatmu gila. Pada titik ini, saya mulai perenungan saya. Bukan tentang kematian itu sendiri tapi tentang perasaan kehilangan.
Tak ada yang harus disalahkan tentang kematian, semua hanya kehendak Allah (yang ini sifatnya mutlak), apalagi dalam kasus saya. Saya kehilangan kakak saya yang meninggal dengan caranya yang menurut saya sangat indah. Kenapa? Karena ia pergi di bulan yang baik dan dengan cara yang baik (istighfar yang tak pernah lepas dari mulutnya). Jadi, sekali lagi saya tidak mempersoalkan kematian karena bagi saya, Allah sangat sayang padanya.
Kembali pada kehilangan, rasa itu mungkin muncul ketika tidak bisa disentuh lagi. Tidak bisa dipeluk. Atau dicium lagi. Tidak bisa berbincang lagi. Tidak bisa tertawa bersama. Dan bercanda bersama. Dan ini akan menjadi salah satu titik paling menyedihkan buat saya. Karena bagi saya, kakak saya tidak hanya sebagai kakak (mas-begitu aku memanggilnya), tapi juga seorang sahabat, pelindung sekaligus penjaga buat saya... dia terlalu memenuhi hari-hari saya. Nyatanya rasa kehilangan ini masih terlalu menyedihkan...bahkan saya masih menangis ketika menulis ini.
Kehilangan kakak, sahabat, pelindung sekaligus penjaga membuat saya tergopoh-gopoh untuk bangkit. Kadang berfikir, diam dulu sesaat untuk mengenangnya. Namun, waktu ternyata terlalu berharga untuk saat-saat diam yang saya punya. Hingga saya mulai bangkit (masih dengan tergopoh-gopoh) dan menata hidup saya yang baru (tanpa kehadirannya).
Dalam akhir perenungan saya mulai menata tujuan hidup saya. Sampai pada list saya yang mungkin kadang terlupa. Yang pertama, hidup saya untuk Allah (karena setelah kakak saya meninggal saya semakin sadar bahwa hidup dan mati hanyalah milik-Nya). Yang kedua, untuk orang tua saya (membahagiakan mereka semampu saya). Yang ketiga, untuk kebaikan orang-orang disekitar saya, karena kakak saya selalu memberi teladan tentang kebaikan ini.
Ketika saya menuliskan ini, saya masih mengingat kakak saya, merindukannya dan kini berharap saya bisa menjadi manusia baik walau tanpa dirinya di samping saya. . . .
Forever and one
I will miss you
However, I kiss you
Yet again
Way down in Neverland
So hard I was trying
Tomorrow I'll still be crying*
I will miss you
However, I kiss you
Yet again
Way down in Neverland
So hard I was trying
Tomorrow I'll still be crying*
*Forever and one (Hellowen), lagu yang sering kau putar mas !
29 Agustus 2010 (00.06)
Kutuliskan ini karena rasa kehilangan atasmu, laki-laki baik yang selalu menjadi teladan bagi hidupku dan hidup banyak orang. Bahagialah bersama-Nya (21 Agustus 2010).