Copyright © Arina for Life...
Design by Dzignine
Sabtu, 26 Juli 2014

Dear Diva - Ingat-ingat !



Dear Diva,
Tidak mengapa jika sekali-kali kamu lupa betapa istimewanya kamu.
Tapi, saya akan selalu mengingatkan bahwa ada sesuatu yang indah di balik senyum itu
Minggu, 06 Juli 2014

Jelang Pilpres - Pempimpinku

pinterest

Jelang pilpres kali ini saya agak terganggu dengan berbagai macam jenis kampanye yang penuh 'kehitaman' yang bikin geleng-geleng kepala. Mungkin pilpres kali ini memang yang paling 'kejam' menurut sejarah pilpres di Indonesia. Alhamdulillah hari ini sudah masuk hari tenang sebelum tanggal 9 Juli nanti waktu pemungutan suara. Tapi kenyataannya tidak sepenuhnya saya bisa tenang, mungkin poster, gambar dan umbul-umbul sudah dibersihkan di jalanan tapi kalo di media sosial bisa nggak dibersihkan ? Sepertinya sich tidak. Medsos justru menjadi salah satu media penyebar berita paling mudah dan tak terawasi. Mungkin awalnya memang dukungan tapi lama-lama merembet jadi menjelek-jelekan nomer sebelahnya. Trus gara-gara itu juga yang tadinya kawan jadi musuhan ^^. Ah, itu yang bikin saya jadi malas membuka medsos lama-lama.

Saya sendiri sebenarnya sudah menetapkan pilihan ke salah satu calon yang saya anggap pantas menjadi pempimpin negeri ini. Dia tidak harus yang terbaik, tapi mampu berbuat kebaikan untuk bangsanya. Dia tidak harus paling pintar, tapi dia mampu memintarkan negerinya. Dia tidak harus kaya, tapi harus seorang yang dermawan sehingga mampu menjadikan rakyatnya lebih sejahtera. Saya harapkan pempimpin yang penuh cinta, cinta negerinya, cinta rakyatnya, dan yang paling utama cinta Tuhan-Nya. Satu yang sangat saya harapkan adalah pempimpin yang tidak takut pada apapun kecuali hanya pada Tuhan-Nya. Karena dengan begitu dia akan selalu ingat ketika pengadilan Allah nanti harus berhadapan dengan seperempat milyar jiwa manusia Indonesia yang mungkin akan menuntutnya bila ia tidak amanah. Dia yang saya pilih mungkin hanya yang saya pilih dari pengelihatan, dan pendengaran lahiriyah, saya tidak tahu isi hati seseorang, istikarah saya juga mungkin tidak bermutu, tapi saya berharap saya benar memilih pempimpin yang mampu menekan hawa nafsunya.

Terlepas dari semua itu sesungguhnya saya memiliki harapan besar untuk kelangsungan Indonesia dikemudian hari. Tidak hanya hari ini, tidak hanya masalah tentang siapa yang menang dan kalah, atau siapa yang akan menjadi presiden nantinya. Tapi siapapun dia nantinya saya harap merupakan pilihan terbaik untuk bangsa ini. Aamiin.

"Barangsiapa mengangkat dirinya sebagai pemimpin, hendaknya dia mulai mengajari dirinya sendiri sebelum mengajari orang lain. Dan hendaknya ia mendidik dirinya sendiri dengan cara memperbaiki tingkah lakunya sebelum mendidik orang lain sengan ucapan lisannya. Orang yang menjadi pendidik bagi dirinya sendiri lebih patut dihormati ketimbang yang mengajari orang lain." Ali ibn Abi Thalib

Tanggal 9 Juli nanti yuk kita nyobos !

Selasa, 01 Juli 2014

Won't Back Down - Beautiful and Touching

google

Won't Back Down (2012) adalah salah satu film yang memberi saya banyak pelajaran tentang banyak hal. Dari beraneka banyak film yang saya tonton tidak banyak film bertema pendidikan yang dikemas dengan cantik dan mengharukan. Dan film yang satu ini layak diapresiasi.

Secara umum film ini berkisah tentang dua orang supermom yang ingin membangun sekolah yang "benar" dimana dikisahkan sulitnya mencari sekolah yang "benar" pada masa-masa ini. Mungkin dari beberapa sisi terdengar idealis, tapi maksud yang ingin disampaikan sebenarnya sederhana yaitu agar sekolah memainkan perannya sebagai lembaga pendidikan yang berkualitas. Diceritakan dalam film tersebut bahwa beberapa lulusan sekolah dasar belum mampu membaca. Menjadi sangat kontradikitif secara fungsi jika sekolah tidak mampu mengemban fungsinya secara maksimal.

Maggie Gylenhaal sebagai Jaime Fitzpatrick seorang ibu penderita disleksia dengan putri disleksia juga sangat berharap, putrinya mendapatkan pendidikan yang terbaik, tanpa dianggap aneh atau bodoh. Viola Davis sebagai Nona Alberts seorang guru yang memiliki rasa bersalah besar terhadap kecelakan masa lalu yang dia alami bersama putranya, mungkin salah satu contoh guru yang berani membuka mata dan berani bergerak untuk mengubah suatu sistem pendidikan yang lebih baik. Secara keseluruhan Won't Back Down merupakan karya yang sangat menyentuh hati dan mengharukan (saya terharu biru menontonnya). Ditambah lagi akting kedua pemeran utamanya yang jempolan. Dua orang ibu yang bersusah payah untuk mengangun sebuah sekolah baru yang berkualitas dan mampu mencerdaskan murid-muridnya memang tampak sulit dan tidak mungkin, namun jika belajar dari Won't Back Down perjuangan untuk kebaikan itu mungkin dilakukan.

Secara keseluruhan saya menikmati menonton film ini, tidak hanya terhibur namun juga terinspirasi. Sebagai ibu dari seorang anak perempuan saya tersentuh dengan cara Jaime Fitzpatrick membagun semangat untuk putrinya. Sebagai pendidik saya suka cara Nona Alberts saat mengajar, saya suka bagaimana film ini menohok saya untuk menjadi pendidik yang tidak hanya baik tapi juga benar. Sadar betapa beratnya tugas itu, mungkin kita memang harus mampu memandang bahwa murid-murid kita adalah anak-anak kita sendiri. Sehingga tanggung jawab itu akan lebih berasa. Sebagai ibu dan pendidik saya jadi bersemangat untuk menjadikan pendidikan yang lebih baik.

Won't Back Down, beautiful and touching movie

Dear Diva - Ingat-ingat !



Dear Diva,
Tidak mengapa jika sekali-kali kamu lupa betapa istimewanya kamu.
Tapi, saya akan selalu mengingatkan bahwa ada sesuatu yang indah di balik senyum itu

Jelang Pilpres - Pempimpinku

pinterest

Jelang pilpres kali ini saya agak terganggu dengan berbagai macam jenis kampanye yang penuh 'kehitaman' yang bikin geleng-geleng kepala. Mungkin pilpres kali ini memang yang paling 'kejam' menurut sejarah pilpres di Indonesia. Alhamdulillah hari ini sudah masuk hari tenang sebelum tanggal 9 Juli nanti waktu pemungutan suara. Tapi kenyataannya tidak sepenuhnya saya bisa tenang, mungkin poster, gambar dan umbul-umbul sudah dibersihkan di jalanan tapi kalo di media sosial bisa nggak dibersihkan ? Sepertinya sich tidak. Medsos justru menjadi salah satu media penyebar berita paling mudah dan tak terawasi. Mungkin awalnya memang dukungan tapi lama-lama merembet jadi menjelek-jelekan nomer sebelahnya. Trus gara-gara itu juga yang tadinya kawan jadi musuhan ^^. Ah, itu yang bikin saya jadi malas membuka medsos lama-lama.

Saya sendiri sebenarnya sudah menetapkan pilihan ke salah satu calon yang saya anggap pantas menjadi pempimpin negeri ini. Dia tidak harus yang terbaik, tapi mampu berbuat kebaikan untuk bangsanya. Dia tidak harus paling pintar, tapi dia mampu memintarkan negerinya. Dia tidak harus kaya, tapi harus seorang yang dermawan sehingga mampu menjadikan rakyatnya lebih sejahtera. Saya harapkan pempimpin yang penuh cinta, cinta negerinya, cinta rakyatnya, dan yang paling utama cinta Tuhan-Nya. Satu yang sangat saya harapkan adalah pempimpin yang tidak takut pada apapun kecuali hanya pada Tuhan-Nya. Karena dengan begitu dia akan selalu ingat ketika pengadilan Allah nanti harus berhadapan dengan seperempat milyar jiwa manusia Indonesia yang mungkin akan menuntutnya bila ia tidak amanah. Dia yang saya pilih mungkin hanya yang saya pilih dari pengelihatan, dan pendengaran lahiriyah, saya tidak tahu isi hati seseorang, istikarah saya juga mungkin tidak bermutu, tapi saya berharap saya benar memilih pempimpin yang mampu menekan hawa nafsunya.

Terlepas dari semua itu sesungguhnya saya memiliki harapan besar untuk kelangsungan Indonesia dikemudian hari. Tidak hanya hari ini, tidak hanya masalah tentang siapa yang menang dan kalah, atau siapa yang akan menjadi presiden nantinya. Tapi siapapun dia nantinya saya harap merupakan pilihan terbaik untuk bangsa ini. Aamiin.

"Barangsiapa mengangkat dirinya sebagai pemimpin, hendaknya dia mulai mengajari dirinya sendiri sebelum mengajari orang lain. Dan hendaknya ia mendidik dirinya sendiri dengan cara memperbaiki tingkah lakunya sebelum mendidik orang lain sengan ucapan lisannya. Orang yang menjadi pendidik bagi dirinya sendiri lebih patut dihormati ketimbang yang mengajari orang lain." Ali ibn Abi Thalib

Tanggal 9 Juli nanti yuk kita nyobos !

Won't Back Down - Beautiful and Touching

google

Won't Back Down (2012) adalah salah satu film yang memberi saya banyak pelajaran tentang banyak hal. Dari beraneka banyak film yang saya tonton tidak banyak film bertema pendidikan yang dikemas dengan cantik dan mengharukan. Dan film yang satu ini layak diapresiasi.

Secara umum film ini berkisah tentang dua orang supermom yang ingin membangun sekolah yang "benar" dimana dikisahkan sulitnya mencari sekolah yang "benar" pada masa-masa ini. Mungkin dari beberapa sisi terdengar idealis, tapi maksud yang ingin disampaikan sebenarnya sederhana yaitu agar sekolah memainkan perannya sebagai lembaga pendidikan yang berkualitas. Diceritakan dalam film tersebut bahwa beberapa lulusan sekolah dasar belum mampu membaca. Menjadi sangat kontradikitif secara fungsi jika sekolah tidak mampu mengemban fungsinya secara maksimal.

Maggie Gylenhaal sebagai Jaime Fitzpatrick seorang ibu penderita disleksia dengan putri disleksia juga sangat berharap, putrinya mendapatkan pendidikan yang terbaik, tanpa dianggap aneh atau bodoh. Viola Davis sebagai Nona Alberts seorang guru yang memiliki rasa bersalah besar terhadap kecelakan masa lalu yang dia alami bersama putranya, mungkin salah satu contoh guru yang berani membuka mata dan berani bergerak untuk mengubah suatu sistem pendidikan yang lebih baik. Secara keseluruhan Won't Back Down merupakan karya yang sangat menyentuh hati dan mengharukan (saya terharu biru menontonnya). Ditambah lagi akting kedua pemeran utamanya yang jempolan. Dua orang ibu yang bersusah payah untuk mengangun sebuah sekolah baru yang berkualitas dan mampu mencerdaskan murid-muridnya memang tampak sulit dan tidak mungkin, namun jika belajar dari Won't Back Down perjuangan untuk kebaikan itu mungkin dilakukan.

Secara keseluruhan saya menikmati menonton film ini, tidak hanya terhibur namun juga terinspirasi. Sebagai ibu dari seorang anak perempuan saya tersentuh dengan cara Jaime Fitzpatrick membagun semangat untuk putrinya. Sebagai pendidik saya suka cara Nona Alberts saat mengajar, saya suka bagaimana film ini menohok saya untuk menjadi pendidik yang tidak hanya baik tapi juga benar. Sadar betapa beratnya tugas itu, mungkin kita memang harus mampu memandang bahwa murid-murid kita adalah anak-anak kita sendiri. Sehingga tanggung jawab itu akan lebih berasa. Sebagai ibu dan pendidik saya jadi bersemangat untuk menjadikan pendidikan yang lebih baik.

Won't Back Down, beautiful and touching movie

Sabtu, 26 Juli 2014

Dear Diva - Ingat-ingat !



Dear Diva,
Tidak mengapa jika sekali-kali kamu lupa betapa istimewanya kamu.
Tapi, saya akan selalu mengingatkan bahwa ada sesuatu yang indah di balik senyum itu

Minggu, 06 Juli 2014

Jelang Pilpres - Pempimpinku

pinterest

Jelang pilpres kali ini saya agak terganggu dengan berbagai macam jenis kampanye yang penuh 'kehitaman' yang bikin geleng-geleng kepala. Mungkin pilpres kali ini memang yang paling 'kejam' menurut sejarah pilpres di Indonesia. Alhamdulillah hari ini sudah masuk hari tenang sebelum tanggal 9 Juli nanti waktu pemungutan suara. Tapi kenyataannya tidak sepenuhnya saya bisa tenang, mungkin poster, gambar dan umbul-umbul sudah dibersihkan di jalanan tapi kalo di media sosial bisa nggak dibersihkan ? Sepertinya sich tidak. Medsos justru menjadi salah satu media penyebar berita paling mudah dan tak terawasi. Mungkin awalnya memang dukungan tapi lama-lama merembet jadi menjelek-jelekan nomer sebelahnya. Trus gara-gara itu juga yang tadinya kawan jadi musuhan ^^. Ah, itu yang bikin saya jadi malas membuka medsos lama-lama.

Saya sendiri sebenarnya sudah menetapkan pilihan ke salah satu calon yang saya anggap pantas menjadi pempimpin negeri ini. Dia tidak harus yang terbaik, tapi mampu berbuat kebaikan untuk bangsanya. Dia tidak harus paling pintar, tapi dia mampu memintarkan negerinya. Dia tidak harus kaya, tapi harus seorang yang dermawan sehingga mampu menjadikan rakyatnya lebih sejahtera. Saya harapkan pempimpin yang penuh cinta, cinta negerinya, cinta rakyatnya, dan yang paling utama cinta Tuhan-Nya. Satu yang sangat saya harapkan adalah pempimpin yang tidak takut pada apapun kecuali hanya pada Tuhan-Nya. Karena dengan begitu dia akan selalu ingat ketika pengadilan Allah nanti harus berhadapan dengan seperempat milyar jiwa manusia Indonesia yang mungkin akan menuntutnya bila ia tidak amanah. Dia yang saya pilih mungkin hanya yang saya pilih dari pengelihatan, dan pendengaran lahiriyah, saya tidak tahu isi hati seseorang, istikarah saya juga mungkin tidak bermutu, tapi saya berharap saya benar memilih pempimpin yang mampu menekan hawa nafsunya.

Terlepas dari semua itu sesungguhnya saya memiliki harapan besar untuk kelangsungan Indonesia dikemudian hari. Tidak hanya hari ini, tidak hanya masalah tentang siapa yang menang dan kalah, atau siapa yang akan menjadi presiden nantinya. Tapi siapapun dia nantinya saya harap merupakan pilihan terbaik untuk bangsa ini. Aamiin.

"Barangsiapa mengangkat dirinya sebagai pemimpin, hendaknya dia mulai mengajari dirinya sendiri sebelum mengajari orang lain. Dan hendaknya ia mendidik dirinya sendiri dengan cara memperbaiki tingkah lakunya sebelum mendidik orang lain sengan ucapan lisannya. Orang yang menjadi pendidik bagi dirinya sendiri lebih patut dihormati ketimbang yang mengajari orang lain." Ali ibn Abi Thalib

Tanggal 9 Juli nanti yuk kita nyobos !

Selasa, 01 Juli 2014

Won't Back Down - Beautiful and Touching

google

Won't Back Down (2012) adalah salah satu film yang memberi saya banyak pelajaran tentang banyak hal. Dari beraneka banyak film yang saya tonton tidak banyak film bertema pendidikan yang dikemas dengan cantik dan mengharukan. Dan film yang satu ini layak diapresiasi.

Secara umum film ini berkisah tentang dua orang supermom yang ingin membangun sekolah yang "benar" dimana dikisahkan sulitnya mencari sekolah yang "benar" pada masa-masa ini. Mungkin dari beberapa sisi terdengar idealis, tapi maksud yang ingin disampaikan sebenarnya sederhana yaitu agar sekolah memainkan perannya sebagai lembaga pendidikan yang berkualitas. Diceritakan dalam film tersebut bahwa beberapa lulusan sekolah dasar belum mampu membaca. Menjadi sangat kontradikitif secara fungsi jika sekolah tidak mampu mengemban fungsinya secara maksimal.

Maggie Gylenhaal sebagai Jaime Fitzpatrick seorang ibu penderita disleksia dengan putri disleksia juga sangat berharap, putrinya mendapatkan pendidikan yang terbaik, tanpa dianggap aneh atau bodoh. Viola Davis sebagai Nona Alberts seorang guru yang memiliki rasa bersalah besar terhadap kecelakan masa lalu yang dia alami bersama putranya, mungkin salah satu contoh guru yang berani membuka mata dan berani bergerak untuk mengubah suatu sistem pendidikan yang lebih baik. Secara keseluruhan Won't Back Down merupakan karya yang sangat menyentuh hati dan mengharukan (saya terharu biru menontonnya). Ditambah lagi akting kedua pemeran utamanya yang jempolan. Dua orang ibu yang bersusah payah untuk mengangun sebuah sekolah baru yang berkualitas dan mampu mencerdaskan murid-muridnya memang tampak sulit dan tidak mungkin, namun jika belajar dari Won't Back Down perjuangan untuk kebaikan itu mungkin dilakukan.

Secara keseluruhan saya menikmati menonton film ini, tidak hanya terhibur namun juga terinspirasi. Sebagai ibu dari seorang anak perempuan saya tersentuh dengan cara Jaime Fitzpatrick membagun semangat untuk putrinya. Sebagai pendidik saya suka cara Nona Alberts saat mengajar, saya suka bagaimana film ini menohok saya untuk menjadi pendidik yang tidak hanya baik tapi juga benar. Sadar betapa beratnya tugas itu, mungkin kita memang harus mampu memandang bahwa murid-murid kita adalah anak-anak kita sendiri. Sehingga tanggung jawab itu akan lebih berasa. Sebagai ibu dan pendidik saya jadi bersemangat untuk menjadikan pendidikan yang lebih baik.

Won't Back Down, beautiful and touching movie