Copyright © Arina for Life...
Design by Dzignine
Senin, 27 Agustus 2012

my Storiette - Ekstra-Embrionik


Waktu mungkin berlalu terlalu cepat, tentang kebersamaan kita. Bagiku yang tak sabar menanti datangnya dirimu setelah memendam kerinduan begitu dalam, kau akan menjadi hadiah dari penantianku. Mungkin perjumpaan kita tinggal menunggu hari saja. Setelah sekian lama kita bernafas bersama, merasakan sesuatu yang sama, bergerak bersama, dan mencintai sesuatu bersama. Kau hidup denganku, kita selalu bersama dan hanya lapisan tipis amnion dan korion yang memisahkan kita. Hati kita begitu dekat, bahkan karena tubuh kita bersatu.


Langkah kita bersama hampir menginjak 9 bulan, selama itu mereka bilang aku yang mengandungmu. Padahal menurutku mereka salah, bagiku kau yang mengandungku, dalam rahim yang lebih besar. Karena nyatanya embrio kecilmu telah mengemudikan hati, tubuh, jiwa, dan hidupku. Dan kau menjadikan kebersamaan kita selalu menjadi kebahagiaan bagiku.

Esok perjalananmu tak jauh hanya dari perutku menuju pelukanku. Dalam selimut selaput ekstraembrionik yang melindungimu menuju dekapanku yang menghangatkanmu. Tapi itu mengubah kau, aku, dan dunia. Ketika saat itu tiba, aku akan menjadi manusia yang berbeda, kau menjadi duniaku yang baru. Aku sudah mencintaimu sejak menyadari kau ada, dan akan selalu mencintaimu ketika kau tiba di dunia ini. Aku akan mencintai mulai dari bentuk mungilmu yang rapuh, hingga seluruh kegenapanmu.

Saat kita menyatu aku telah mencintaimu lebih sebagai guru dan sahabat yang terkasih. Dan ketika kau tiba di dunia ini, mungkin kita tak langsung saling mengenal akan kubuat waktu perkenalan yang indah. Akan kubiarkan waktu mengajariku  mencintaimu lagi dari nol. Seolah-olah kita tak saling mengenal sebelumnya, tak pernah bercakap-cakap sebagai dua perempuan yang telah tertaut hatinya. 

Terima kasih telah mengandungku dalam kebersamaan kita yang selalu indah. Kau biarkan aku belajarku banyak hal tentang hidup, kebersamaan, berbagi dan saling memberi dan menerima. Sebagaimana kau berenang dalam amniotik tubuhku merasakan apa yang kurasa, mengecap apa yang kumakan, mendengar apa yang kudengar tanpa pilih-pilih. Kau telah menerima semua yang kupersembahkan padamu.

Terima kasih untuk kehadiranmu di dunia ini melalui aku, membiarkan aku menemanimu memulai perjalanan ini. Untuk proses yang tidak selalu mudah namun selalu indah. Aku tak sabar untuk mengenalmu lagi...

Untukmu sahabat yang tengah kukandung, Adiva

dari Rimba Amniotik dengan penyesuaian
Sabtu, 18 Agustus 2012

"Tempat Sampah Hidup" - untuk Curahan Hati

gambar diambil dari sini

Suatu hari ketika beban berat ada di pikiran saya, entah karena saya yang sok mikir atau memang karena ada permasalahan hidup saya selalu ingat untuk berdoa pada Allah. Tapi kadang kala setelah itu saya selalu berharap dapat menumpahkan keluh kesah saya pada orang lain. Sahabat lama saya selalu bilang untuk sedikit membantu menenagkan hati ketika mendapat permasalahan dalam hidup maka carilah "Tempat Sampah Hidup". Itu istilah yang sering dia pakai untuk mendiskripsikan orang yang bersedia menerima curhat kita. Mendengar caci maki, tangisan, jeritan, dan menerima ketidakberdayaan kita. 


Tapi masalahnya biasanya tidak mudah mendapat "Tempat Sampah Hidup" yang sempurna. Yang hanya mau mendengar dan menguatkan, bukan justru memojokkan atau malah menjatuhkan. Dan yang terpenting adalah benar-benar menjadi tempat sampah yang artinya, segala yang kita tumpahkan dapat terbuang, benar-benar terbuang tidak terbagi pada orang lain. Ya... biasanya ini yang sulit.

Ngomong-ngomog  ada yang mau jadi  "Tempat Sampah Hidup" buat saya ? 

Rabu, 08 Agustus 2012

SaYa sUkA RaMaDhaN


Saya suka Ramadhan, dalam sebuah kesederhanaan yang melantun di setiap denyut nafas 
Saya suka Ramadhan, dalam sebuah kebersamaan yang membunyikan setiap tawa dalam setiap sudut senyuman
Saya suka Ramadhan, dalam sebuah kekhusukan doa yang mewarnai setiap hati dengan pengharapan termulia
Saya suka Ramadhan, dalam sebuah kemeriahan jiwa yang membawa setiap lembar suka dalam menuju kekedamaian
Saya suka Ramadhan, dalam sebuah balutan kehangatan yang membawa keberkahan dalam setiap nafasnya
Saya suka Ramadhan, dalam keteraturan yang melalui tapak-tapaknya menuju kebaikan
Saya suka Ramadhan, dalam kemurahan yang menguatkan mata memandang ke bawah
Saya suka Ramadhan, dalam kerinduan yang menyesakkan dan berharap menjumpainya kembali tahun depan . . .

Jumat, 03 Agustus 2012

Marhaban Ya Ramadhan - Mari Bercermin


Marhaban ya Ramadhan...
Ketika Ramadhan tiba introspeksi adalah salah satu hal yang harus dilakukan
Mungkin agak terkesan berlebihan, tapi nyatanya pada bulan nan suci ini adalah saat yang tepat untuk memandang diri kita dari segala sisi.
Dan yang paling indah adalah melakukannya dengan sepenuh hati, seperti dalam HR Bukhari tentang introspeksi : 


فَلَمْ يَزَلْ عُمَرُ يُرَاجِعُنِي فِيهِ حَتَّى شَرَحَ اللَّهُ لِذَلِكَ صَدْرِي، وَرَأَيْتُ الَّذِي رَأَى عُمَرُ

Umar senantiasa membujukku untuk mengevaluasi pendapatku dalam permasalahan itu hingga Allah melapangkan hatiku dan akupun berpendapat sebagaimana pendapat Umar” [HR. Bukhari]. Diambil dari sini

Dan

إِنَّمَا أَنَا بَشَرٌ مِثْلُكُمْ، أَنْسَى كَمَا تَنْسَوْنَ، فَإِذَا نَسِيتُ فَذَكِّرُونِي

Sesungguhnya aku hanyalah manusia seperti kalian. Aku lupa sebagaimana kalian lupa. Oleh karenanya, ingatkanlah aku ketika diriku lupa” [HR. Bukhari]. Diambil dari sini

dan diriwayatkan dari Maimun bin Mihran, beliau berkata,

لَا يَكُونُ العَبْدُ تَقِيًّا حَتَّى يُحَاسِبَ نَفْسَهُ كَمَا يُحَاسِبُ شَرِيكَهُ

Hamba tidak dikatakan bertakwa hingga dia mengoreksi dirinya sebagaimana dia mengoreksi rekannya” [HR. Tirmidzi]. Diambil dari sini


Dan buat saya, cara terbaik untuk introspeksi diri adalah memandang bagaimana orang lain memandang kita sebagaimana kita memandang cermin. Karena kadang, mata orang lain dapat membantu kita memandang diri kita sendiri.

Selamat Berpuasa, semoga kita dapat mengintrospeksi diri.


my Storiette - Ekstra-Embrionik


Waktu mungkin berlalu terlalu cepat, tentang kebersamaan kita. Bagiku yang tak sabar menanti datangnya dirimu setelah memendam kerinduan begitu dalam, kau akan menjadi hadiah dari penantianku. Mungkin perjumpaan kita tinggal menunggu hari saja. Setelah sekian lama kita bernafas bersama, merasakan sesuatu yang sama, bergerak bersama, dan mencintai sesuatu bersama. Kau hidup denganku, kita selalu bersama dan hanya lapisan tipis amnion dan korion yang memisahkan kita. Hati kita begitu dekat, bahkan karena tubuh kita bersatu.


Langkah kita bersama hampir menginjak 9 bulan, selama itu mereka bilang aku yang mengandungmu. Padahal menurutku mereka salah, bagiku kau yang mengandungku, dalam rahim yang lebih besar. Karena nyatanya embrio kecilmu telah mengemudikan hati, tubuh, jiwa, dan hidupku. Dan kau menjadikan kebersamaan kita selalu menjadi kebahagiaan bagiku.

Esok perjalananmu tak jauh hanya dari perutku menuju pelukanku. Dalam selimut selaput ekstraembrionik yang melindungimu menuju dekapanku yang menghangatkanmu. Tapi itu mengubah kau, aku, dan dunia. Ketika saat itu tiba, aku akan menjadi manusia yang berbeda, kau menjadi duniaku yang baru. Aku sudah mencintaimu sejak menyadari kau ada, dan akan selalu mencintaimu ketika kau tiba di dunia ini. Aku akan mencintai mulai dari bentuk mungilmu yang rapuh, hingga seluruh kegenapanmu.

Saat kita menyatu aku telah mencintaimu lebih sebagai guru dan sahabat yang terkasih. Dan ketika kau tiba di dunia ini, mungkin kita tak langsung saling mengenal akan kubuat waktu perkenalan yang indah. Akan kubiarkan waktu mengajariku  mencintaimu lagi dari nol. Seolah-olah kita tak saling mengenal sebelumnya, tak pernah bercakap-cakap sebagai dua perempuan yang telah tertaut hatinya. 

Terima kasih telah mengandungku dalam kebersamaan kita yang selalu indah. Kau biarkan aku belajarku banyak hal tentang hidup, kebersamaan, berbagi dan saling memberi dan menerima. Sebagaimana kau berenang dalam amniotik tubuhku merasakan apa yang kurasa, mengecap apa yang kumakan, mendengar apa yang kudengar tanpa pilih-pilih. Kau telah menerima semua yang kupersembahkan padamu.

Terima kasih untuk kehadiranmu di dunia ini melalui aku, membiarkan aku menemanimu memulai perjalanan ini. Untuk proses yang tidak selalu mudah namun selalu indah. Aku tak sabar untuk mengenalmu lagi...

Untukmu sahabat yang tengah kukandung, Adiva

dari Rimba Amniotik dengan penyesuaian

"Tempat Sampah Hidup" - untuk Curahan Hati

gambar diambil dari sini

Suatu hari ketika beban berat ada di pikiran saya, entah karena saya yang sok mikir atau memang karena ada permasalahan hidup saya selalu ingat untuk berdoa pada Allah. Tapi kadang kala setelah itu saya selalu berharap dapat menumpahkan keluh kesah saya pada orang lain. Sahabat lama saya selalu bilang untuk sedikit membantu menenagkan hati ketika mendapat permasalahan dalam hidup maka carilah "Tempat Sampah Hidup". Itu istilah yang sering dia pakai untuk mendiskripsikan orang yang bersedia menerima curhat kita. Mendengar caci maki, tangisan, jeritan, dan menerima ketidakberdayaan kita. 


Tapi masalahnya biasanya tidak mudah mendapat "Tempat Sampah Hidup" yang sempurna. Yang hanya mau mendengar dan menguatkan, bukan justru memojokkan atau malah menjatuhkan. Dan yang terpenting adalah benar-benar menjadi tempat sampah yang artinya, segala yang kita tumpahkan dapat terbuang, benar-benar terbuang tidak terbagi pada orang lain. Ya... biasanya ini yang sulit.

Ngomong-ngomog  ada yang mau jadi  "Tempat Sampah Hidup" buat saya ? 

SaYa sUkA RaMaDhaN


Saya suka Ramadhan, dalam sebuah kesederhanaan yang melantun di setiap denyut nafas 
Saya suka Ramadhan, dalam sebuah kebersamaan yang membunyikan setiap tawa dalam setiap sudut senyuman
Saya suka Ramadhan, dalam sebuah kekhusukan doa yang mewarnai setiap hati dengan pengharapan termulia
Saya suka Ramadhan, dalam sebuah kemeriahan jiwa yang membawa setiap lembar suka dalam menuju kekedamaian
Saya suka Ramadhan, dalam sebuah balutan kehangatan yang membawa keberkahan dalam setiap nafasnya
Saya suka Ramadhan, dalam keteraturan yang melalui tapak-tapaknya menuju kebaikan
Saya suka Ramadhan, dalam kemurahan yang menguatkan mata memandang ke bawah
Saya suka Ramadhan, dalam kerinduan yang menyesakkan dan berharap menjumpainya kembali tahun depan . . .

Marhaban Ya Ramadhan - Mari Bercermin


Marhaban ya Ramadhan...
Ketika Ramadhan tiba introspeksi adalah salah satu hal yang harus dilakukan
Mungkin agak terkesan berlebihan, tapi nyatanya pada bulan nan suci ini adalah saat yang tepat untuk memandang diri kita dari segala sisi.
Dan yang paling indah adalah melakukannya dengan sepenuh hati, seperti dalam HR Bukhari tentang introspeksi : 


فَلَمْ يَزَلْ عُمَرُ يُرَاجِعُنِي فِيهِ حَتَّى شَرَحَ اللَّهُ لِذَلِكَ صَدْرِي، وَرَأَيْتُ الَّذِي رَأَى عُمَرُ

Umar senantiasa membujukku untuk mengevaluasi pendapatku dalam permasalahan itu hingga Allah melapangkan hatiku dan akupun berpendapat sebagaimana pendapat Umar” [HR. Bukhari]. Diambil dari sini

Dan

إِنَّمَا أَنَا بَشَرٌ مِثْلُكُمْ، أَنْسَى كَمَا تَنْسَوْنَ، فَإِذَا نَسِيتُ فَذَكِّرُونِي

Sesungguhnya aku hanyalah manusia seperti kalian. Aku lupa sebagaimana kalian lupa. Oleh karenanya, ingatkanlah aku ketika diriku lupa” [HR. Bukhari]. Diambil dari sini

dan diriwayatkan dari Maimun bin Mihran, beliau berkata,

لَا يَكُونُ العَبْدُ تَقِيًّا حَتَّى يُحَاسِبَ نَفْسَهُ كَمَا يُحَاسِبُ شَرِيكَهُ

Hamba tidak dikatakan bertakwa hingga dia mengoreksi dirinya sebagaimana dia mengoreksi rekannya” [HR. Tirmidzi]. Diambil dari sini


Dan buat saya, cara terbaik untuk introspeksi diri adalah memandang bagaimana orang lain memandang kita sebagaimana kita memandang cermin. Karena kadang, mata orang lain dapat membantu kita memandang diri kita sendiri.

Selamat Berpuasa, semoga kita dapat mengintrospeksi diri.


Senin, 27 Agustus 2012

my Storiette - Ekstra-Embrionik


Waktu mungkin berlalu terlalu cepat, tentang kebersamaan kita. Bagiku yang tak sabar menanti datangnya dirimu setelah memendam kerinduan begitu dalam, kau akan menjadi hadiah dari penantianku. Mungkin perjumpaan kita tinggal menunggu hari saja. Setelah sekian lama kita bernafas bersama, merasakan sesuatu yang sama, bergerak bersama, dan mencintai sesuatu bersama. Kau hidup denganku, kita selalu bersama dan hanya lapisan tipis amnion dan korion yang memisahkan kita. Hati kita begitu dekat, bahkan karena tubuh kita bersatu.


Langkah kita bersama hampir menginjak 9 bulan, selama itu mereka bilang aku yang mengandungmu. Padahal menurutku mereka salah, bagiku kau yang mengandungku, dalam rahim yang lebih besar. Karena nyatanya embrio kecilmu telah mengemudikan hati, tubuh, jiwa, dan hidupku. Dan kau menjadikan kebersamaan kita selalu menjadi kebahagiaan bagiku.

Esok perjalananmu tak jauh hanya dari perutku menuju pelukanku. Dalam selimut selaput ekstraembrionik yang melindungimu menuju dekapanku yang menghangatkanmu. Tapi itu mengubah kau, aku, dan dunia. Ketika saat itu tiba, aku akan menjadi manusia yang berbeda, kau menjadi duniaku yang baru. Aku sudah mencintaimu sejak menyadari kau ada, dan akan selalu mencintaimu ketika kau tiba di dunia ini. Aku akan mencintai mulai dari bentuk mungilmu yang rapuh, hingga seluruh kegenapanmu.

Saat kita menyatu aku telah mencintaimu lebih sebagai guru dan sahabat yang terkasih. Dan ketika kau tiba di dunia ini, mungkin kita tak langsung saling mengenal akan kubuat waktu perkenalan yang indah. Akan kubiarkan waktu mengajariku  mencintaimu lagi dari nol. Seolah-olah kita tak saling mengenal sebelumnya, tak pernah bercakap-cakap sebagai dua perempuan yang telah tertaut hatinya. 

Terima kasih telah mengandungku dalam kebersamaan kita yang selalu indah. Kau biarkan aku belajarku banyak hal tentang hidup, kebersamaan, berbagi dan saling memberi dan menerima. Sebagaimana kau berenang dalam amniotik tubuhku merasakan apa yang kurasa, mengecap apa yang kumakan, mendengar apa yang kudengar tanpa pilih-pilih. Kau telah menerima semua yang kupersembahkan padamu.

Terima kasih untuk kehadiranmu di dunia ini melalui aku, membiarkan aku menemanimu memulai perjalanan ini. Untuk proses yang tidak selalu mudah namun selalu indah. Aku tak sabar untuk mengenalmu lagi...

Untukmu sahabat yang tengah kukandung, Adiva

dari Rimba Amniotik dengan penyesuaian

Sabtu, 18 Agustus 2012

"Tempat Sampah Hidup" - untuk Curahan Hati

gambar diambil dari sini

Suatu hari ketika beban berat ada di pikiran saya, entah karena saya yang sok mikir atau memang karena ada permasalahan hidup saya selalu ingat untuk berdoa pada Allah. Tapi kadang kala setelah itu saya selalu berharap dapat menumpahkan keluh kesah saya pada orang lain. Sahabat lama saya selalu bilang untuk sedikit membantu menenagkan hati ketika mendapat permasalahan dalam hidup maka carilah "Tempat Sampah Hidup". Itu istilah yang sering dia pakai untuk mendiskripsikan orang yang bersedia menerima curhat kita. Mendengar caci maki, tangisan, jeritan, dan menerima ketidakberdayaan kita. 


Tapi masalahnya biasanya tidak mudah mendapat "Tempat Sampah Hidup" yang sempurna. Yang hanya mau mendengar dan menguatkan, bukan justru memojokkan atau malah menjatuhkan. Dan yang terpenting adalah benar-benar menjadi tempat sampah yang artinya, segala yang kita tumpahkan dapat terbuang, benar-benar terbuang tidak terbagi pada orang lain. Ya... biasanya ini yang sulit.

Ngomong-ngomog  ada yang mau jadi  "Tempat Sampah Hidup" buat saya ? 

Rabu, 08 Agustus 2012

SaYa sUkA RaMaDhaN


Saya suka Ramadhan, dalam sebuah kesederhanaan yang melantun di setiap denyut nafas 
Saya suka Ramadhan, dalam sebuah kebersamaan yang membunyikan setiap tawa dalam setiap sudut senyuman
Saya suka Ramadhan, dalam sebuah kekhusukan doa yang mewarnai setiap hati dengan pengharapan termulia
Saya suka Ramadhan, dalam sebuah kemeriahan jiwa yang membawa setiap lembar suka dalam menuju kekedamaian
Saya suka Ramadhan, dalam sebuah balutan kehangatan yang membawa keberkahan dalam setiap nafasnya
Saya suka Ramadhan, dalam keteraturan yang melalui tapak-tapaknya menuju kebaikan
Saya suka Ramadhan, dalam kemurahan yang menguatkan mata memandang ke bawah
Saya suka Ramadhan, dalam kerinduan yang menyesakkan dan berharap menjumpainya kembali tahun depan . . .

Jumat, 03 Agustus 2012

Marhaban Ya Ramadhan - Mari Bercermin


Marhaban ya Ramadhan...
Ketika Ramadhan tiba introspeksi adalah salah satu hal yang harus dilakukan
Mungkin agak terkesan berlebihan, tapi nyatanya pada bulan nan suci ini adalah saat yang tepat untuk memandang diri kita dari segala sisi.
Dan yang paling indah adalah melakukannya dengan sepenuh hati, seperti dalam HR Bukhari tentang introspeksi : 


فَلَمْ يَزَلْ عُمَرُ يُرَاجِعُنِي فِيهِ حَتَّى شَرَحَ اللَّهُ لِذَلِكَ صَدْرِي، وَرَأَيْتُ الَّذِي رَأَى عُمَرُ

Umar senantiasa membujukku untuk mengevaluasi pendapatku dalam permasalahan itu hingga Allah melapangkan hatiku dan akupun berpendapat sebagaimana pendapat Umar” [HR. Bukhari]. Diambil dari sini

Dan

إِنَّمَا أَنَا بَشَرٌ مِثْلُكُمْ، أَنْسَى كَمَا تَنْسَوْنَ، فَإِذَا نَسِيتُ فَذَكِّرُونِي

Sesungguhnya aku hanyalah manusia seperti kalian. Aku lupa sebagaimana kalian lupa. Oleh karenanya, ingatkanlah aku ketika diriku lupa” [HR. Bukhari]. Diambil dari sini

dan diriwayatkan dari Maimun bin Mihran, beliau berkata,

لَا يَكُونُ العَبْدُ تَقِيًّا حَتَّى يُحَاسِبَ نَفْسَهُ كَمَا يُحَاسِبُ شَرِيكَهُ

Hamba tidak dikatakan bertakwa hingga dia mengoreksi dirinya sebagaimana dia mengoreksi rekannya” [HR. Tirmidzi]. Diambil dari sini


Dan buat saya, cara terbaik untuk introspeksi diri adalah memandang bagaimana orang lain memandang kita sebagaimana kita memandang cermin. Karena kadang, mata orang lain dapat membantu kita memandang diri kita sendiri.

Selamat Berpuasa, semoga kita dapat mengintrospeksi diri.