Beberapa waktu yang lalu saya membaca dari sebuah kisah tentang Ibu, sebuah gambaran untuk di renungkan dan menjadikan kita semakin mencintai ibu kita
Tuhan
telah menciptakan banyak hal, kini giliran diciptakan para ibu. Seorang
malaikat menghampiri Tuhan dan berkata, “Tuhan banyak sekali waktu yang Tuhan
habiskan untuk menciptakan ibu ini ?”
Tuhan
pun menjawab pelan, “Karena Aku harus membuatnya sangat rinci.”
“Ibu
harus tahan air tapi bukan dari plastik. Harus terdiri dari ratusan bagian yang
lentur, lemas, dan tidak cepat lelah. Ia harus bisa hidup dari sedikit teh
kental dan makanan seadanya agar anak-anaknya bisa mendapatkan makanan yang
banyak.”
“Ibu
juga harus memiliki telinga yang daya tampung pendengarannya sangat luas untuk
menampung keluhan anak-anaknya. Memiliki ciuman yang dapat menyembuhkan dan
menyejukkan hati anak-anaknya. Lidah yang manis untuk merekatkan hati yang
patah, menghibur, dan memberi semangat. Juga enam pasang tangan !”
Malaikat
itu menggeleng-gelengkan kepalanya, “Enam pasang tangan “
“Tentu
saja bukan dalam arti sebenarnya. Tapi ibu harus bisa melakukan hal yang sama
dalam waktu bersamaan denan dua tangannya. Aku memberikan kemampuan itu. Bukan
tangan yang merepotkan, melainkan tangan yang melayani sana sini, mengatur
segalanya menjadi lebih baik...” jawab Tuhan, “Juga tiga pasang mata yang harus
dimiliki seorang modelnya.”
“Tiga
pasang mata yang harus dimiliki seorang modelnya ?” malaikat semakin heran.
“Sepasang
mata yang terlihat kasat mata dan dua pasang mata yang tidak terlihat. Mereka
adalah sepasang mata yang dapat menembus pintu yang tertutup rapat dan
bertanya, ‘Apa yang sedang kau lakukan di dalam situ ?’ padahal sepasang mata
itu sudah mengetahui jawabanya.”
“Sepasang
mata keduanya sebaiknya diletakkan di belakang kepalanya, sehingga ia bisa
melihat ke belakang tanpa menoleh. Artinya, ia dapat melihat apa yang
sebenarnya tak boleh ia lihat, dan sepasang mata ketiga untuk menatap lembut
seorang anak yang mengakui kekeliruannya. Mata yang bisa bicara ! Mata itu
harus berkata : ‘Saya mengerti dan saya sayang padamu’. Meskipun tidak
diucapkan sepatah kata pun.
“lebih
lanjut lagi, Ibu harus bisa menyembuhkan diri sendiri kalau ia sakit. Ia harus
bisa memberi makan 6 orang dengan satu setengah ons daging. Ia juga harus
menyuruh anak umur 9 tahun mandi pada saat anak itu tidak ingin mandi.”
Lalu,
malaikat membolak-balikkan contoh tangan Ibu dengan perlahan. “terlalu lunak”,
katanya memberi komentar
“Tapi
kuat “ kata Tuhan bersemangat ,”Tak akan kau bayangkan betapa banyaknya yang
bisa ia tanggung, pikul, dan derita. Pikirannya harus bisa menanggung banyak
beban, dan hatinya benar-benar sangat luas.”
“Apakah
ia dapat berfikir ?” tanya malaikat lagi
“Ia
bukan saja dapat berfikir, tetapi juga dapat memberi gagasan, ide dan
berkompromi”.
Malaikat
menyentuh sesuatu di pipi, “Eh, ada yang bocor ?”
“Itu
bukan bocor, “ kata Tuhan “Itu air mata...air mata kesenangan, air mata
kesedihann, air mata kekecewaan, air mata kesakitan, air mata kesepian, air
mata kebanggaan, dan banyak jenis air mata lainnya. Kadang, bukan saja air
matanya saja yang keluardari matanya. Tapi juga air mata orang tuanya,
suaminya, dan anak-anaknya. Dia menanggung semua air mata orang yang
dicintainya”.
Teruntuk : ibuku, para ibu yang lain, calon ibu dan anak-anak dari seorang ibu.