Pinterest
Beberapa minggu terakhir ini saya lagi punya banyak waktu buat mengurus pekerjaan rumah tangga (sebenarnya lebih karena terpaksa karena satu dan lain hal ^^), dan percaya atau tidak itu melelahkan sangat melelahkan bahkan. Sejak awal saya percaya bahwa pekerjaan sebagai rumah tangga itu adalah pekerjaan melelahkan namun sangat mulia dan saya kini makin percaya bahwa pekerjaan ini sungguh menguras tenaga dan pikiran.
Jangan pernah menyepelekan pekerjaan rumah tangga dengan bilang "hanya/cuma" ngurus rumah sungguh siapapun yang mengatakannya berarti tidak pernah mengerjakan pekerjaan rumah tangga. Karena mengurus pekerjaan rumah tangga itu tidak mudah. Secara fisik, seharusnya siapapun sadar kalau memasak, bersih-bersih rumah plus cuci dan setrika baju itu sudah sangat melelahkan. Apalagi kalau dilakukan terus menerus...siapapun yang bilang bahwa perjalanan ke kantor dan bolak-balik kantor ke tempat meeting itu lebih melelahkan itu bisa jadi salah. Belum lagi kalau dibandingkan dengan orang kantoran yang kerjanya lebih banyak duduk...itu lebih tidak sebanding. Jadi kesimpulan saya, mengerjakan pekerjaan rumah tangga itu butuh fisik yang kuat, bahkan bisa melebihi pekerja kantoran.
Ada yang pernah bilang kalau pekerjaan rumah tangga tidak bikin stres jika dibandingkan dengan pekerja kantoran. Jangan salah, pekerjaan rumah tangga juga rawan stres. Karena pekerjaan rumah tangga juga pakai mikir. Contohnya saja mau masak apa hari itu, ibu-ibu akan berfikir keras, apa masakan yang disukai keluarganya, tapi tersedia di tukang sayur atau pasar terdekat dengan harga yang sesuai dengan batas pengeluaran. Karena itu biasanya ibu-ibu minta pendapat keluarga untuk membantu merencanakan masakan hari itu. Kalau keluarga bilang "terserah" sungguh sang ibu akan berfikir cukup keras. Seorang ibu rumah tangga diharuskan kreatif, memodifikasi menu makanan, mencoba resep baru dan itu juga tidak mudah. Belum lagi mengenai penyusun pekerjaan rumah tangga sesuai dengan waktu yang ada, kapan harus belanja, kapan harus ngurus anak, masak, jemput anak, bersih-bersih rumah. Kadang pekerja kantoran yang selalu bilang dikejar deadline, sama halnya dengan ibu rumah tangga yang setiap harinya dikejar deadline. Belum lagi masalah mengatur keuangan yang saya rasa tidak perlu saya jelaskan disini....siapapun pasti paham. Ada yang tidak paham ? Keterlaluan ^^
Selain jadwal yang padat setiap harinya, pekerjaan rumah tangga hampir tidak ada libur. Tidak ada hari minggu dan jam pulang. Bahkan tengah malam seorang ibu rumah tangga masih mencuci piring bekas makan malam, menidurkan anak yang sedang rewel dan banyak pekerjaan lain yang tak tertulis di job discription. Masih bilang itu mudah ? Dan yang paling rawan stres adalah karena kurangnya hiburan. Jangan salahkan ibu rumah tangga yang lihat FTV atau sinetron karena ibu rumah tangga tidak meeting di restoran, warung, hotel atau semacamnya. Bahkan nyaris tidak keluar rumah kecuali menjemput anak, dan belanja. Dan satu lagi, ibu rumah tangga juga manusia yang membutuhkan sosialisasi, jadi ngobrol dengan ibu-ibu saat menjemput anak, tetangga kanan kiri jangan pernah dijadikan masalah. Bahkan pekerja kantoran pun setidaknya ngobrol saat makan siang.
Saya pernah menulis tentang beratnya ibu pekerja yang masih tetap memainkan perannya sebagai ibu rumah tangga. Tapi saat seorang ibu memilih secara totalitas berperan sebagai ibu rumah tangga, jangan anggap sepele, jangan pernah merendahkan...siapapun kita (teman, suami, anak atau siapa saja). Itu istimewa. Sungguh pilihan jadi ibu rumah tangga itu tidaklah mudah apalagi kalau perkara gaji. Pekerjaan ini penuh keikhlasan...bukan semata-mata karena kewajiban.