pinterest
Jelang pilpres kali ini saya agak terganggu dengan berbagai macam jenis kampanye yang penuh 'kehitaman' yang bikin geleng-geleng kepala. Mungkin pilpres kali ini memang yang paling 'kejam' menurut sejarah pilpres di Indonesia. Alhamdulillah hari ini sudah masuk hari tenang sebelum tanggal 9 Juli nanti waktu pemungutan suara. Tapi kenyataannya tidak sepenuhnya saya bisa tenang, mungkin poster, gambar dan umbul-umbul sudah dibersihkan di jalanan tapi kalo di media sosial bisa nggak dibersihkan ? Sepertinya sich tidak. Medsos justru menjadi salah satu media penyebar berita paling mudah dan tak terawasi. Mungkin awalnya memang dukungan tapi lama-lama merembet jadi menjelek-jelekan nomer sebelahnya. Trus gara-gara itu juga yang tadinya kawan jadi musuhan ^^. Ah, itu yang bikin saya jadi malas membuka medsos lama-lama.
Saya sendiri sebenarnya sudah menetapkan pilihan ke salah satu calon yang saya anggap pantas menjadi pempimpin negeri ini. Dia tidak harus yang terbaik, tapi mampu berbuat kebaikan untuk bangsanya. Dia tidak harus paling pintar, tapi dia mampu memintarkan negerinya. Dia tidak harus kaya, tapi harus seorang yang dermawan sehingga mampu menjadikan rakyatnya lebih sejahtera. Saya harapkan pempimpin yang penuh cinta, cinta negerinya, cinta rakyatnya, dan yang paling utama cinta Tuhan-Nya. Satu yang sangat saya harapkan adalah pempimpin yang tidak takut pada apapun kecuali hanya pada Tuhan-Nya. Karena dengan begitu dia akan selalu ingat ketika pengadilan Allah nanti harus berhadapan dengan seperempat milyar jiwa manusia Indonesia yang mungkin akan menuntutnya bila ia tidak amanah. Dia yang saya pilih mungkin hanya yang saya pilih dari pengelihatan, dan pendengaran lahiriyah, saya tidak tahu isi hati seseorang, istikarah saya juga mungkin tidak bermutu, tapi saya berharap saya benar memilih pempimpin yang mampu menekan hawa nafsunya.
Terlepas dari semua itu sesungguhnya saya memiliki harapan besar untuk kelangsungan Indonesia dikemudian hari. Tidak hanya hari ini, tidak hanya masalah tentang siapa yang menang dan kalah, atau siapa yang akan menjadi presiden nantinya. Tapi siapapun dia nantinya saya harap merupakan pilihan terbaik untuk bangsa ini. Aamiin.
"Barangsiapa mengangkat dirinya sebagai pemimpin, hendaknya dia mulai mengajari dirinya sendiri sebelum mengajari orang lain. Dan hendaknya ia mendidik dirinya sendiri dengan cara memperbaiki tingkah lakunya sebelum mendidik orang lain sengan ucapan lisannya. Orang yang menjadi pendidik bagi dirinya sendiri lebih patut dihormati ketimbang yang mengajari orang lain." Ali ibn Abi Thalib
Tanggal 9 Juli nanti yuk kita nyobos !
0 komentar:
Posting Komentar