Copyright © Arina for Life...
Design by Dzignine
Jumat, 03 Juni 2011

Persahabatan Pohon Apel



Dahulu kala, ada sebuah pohon apel yang sangat besar. Seorang anak kecil suka datang dan bermain di sekitarnya setiap hari. Ia memanjat puncuk pohon, memakan buah apel, dan istirahat di bawah bayangannya.Ia suka sekali pada pohon itu, dan pohon itu suka sekali bermain dengannya.
Waktu berlalu .. Anak kecil itu tumbuh besar dan tidak lagi bermain di sekitar pohon itu setiap harinya. Suatu hari, anak itu kembali ke pohon itu dan kelihatan sedih. “Mari bermain denganku .. ,” kata pohon kepada anak itu.
“Saya sudah bukan anak kecil lagi, dan saya tidak bermain di sekitar pohon lagi.” Anak itu menyahut, “Aku ingin mainan. Aku ingin uang untuk membeli mainan.” “Maaf, saya tidak punya uang .. tapi, anda dapat mengambil seluruh apelku dan menjualnya. Jadi, anda mendapatkan uang.” Anak itu gembira. Ia pungut seluruh apel di pohon itu dan pergi dengan suka ria. Selanjutnya anak itu tidak lagi kembali setelah mengambil apel-apel itu. Si pohon sedih.
Suatu hari, anak itu datang lagi dan si pohon sungguh sangat gembira. “Datang dan bermain denganku,” kata pohon. Saya tidak punya waktu untuk bermain. Saya harus kerja untuk keluargaku. Saya membutuhkan rumah untuk berlindung. Dapatkah engkau menolongku ?” “Maaf, saya tidak punya rumah. Tapi, anda dapat memotong dahanku untuk membangun suatu rumah.” Selanjutnya, anak itu memotong seluruh dahan pohon itu dan pergi dengan gembira.
Pohon itu senang melihatnya gembira, tapi anak itu tidak pernah kembali lagi semenjak itu. Pohon itu kesepian dan sedih. Pada suatu musim panas, anak itu kembali lagi dan si pohon menjadi gembira. “Datang dan bermain denganku!” kata pohon itu.
“Saya sedang sedih. Saya ingin pergi berlayar untuk santai. Dapatkah kau buatkan aku sebuah perahu ?” “Gunakan kayuku untuk membuat perahumu.Anda dapat memancing di kejauhan dan bersenang- senang.” Selanjutnya, anak itu memotong pohon itu untuk membuat perahu. Ia pergi berlayar dan tidak pernah terlihat dalam waktu yang cukup lama.

Akhirnya, anak itu kembali setelah ia pergi beberapa tahun. “Maaf, anakku.Tapi, saya tidak punya sesuatu lagi untukmu. Tidak punya apel ..” kata si pohon. “Saya tidak punya gigi untuk menggigit” kata anak itu. “Saya tidak punya dahan untuk kau panjati” 
“Saya terlalu tua untuk memanjat sekarang” kata anak itu. “Saya benar-benar tidak dapat memberimu sesuatu ..Satu-satunya yang tertinggal adalah akarku yang mati” kata pohon itu sambil menangis.
“Saya tidak terlalu membutuhkannya .. hanya sebagai tempat istirahat. Saya sangat lelah setelah sekian tahun ini.” jawab anak itu.
“oh .. bagus ! Akar pohon yang tua adalah tempat yang cocok untuk sandaran dan istirahat. Sini .. sini .. duduk di sini denganku dan istirahat.”
Anak itu duduk, dan membuat pohon itu gembira dan tersenyum mengeluarkan air mata …..
- Anonymous-

0 komentar:

Persahabatan Pohon Apel



Dahulu kala, ada sebuah pohon apel yang sangat besar. Seorang anak kecil suka datang dan bermain di sekitarnya setiap hari. Ia memanjat puncuk pohon, memakan buah apel, dan istirahat di bawah bayangannya.Ia suka sekali pada pohon itu, dan pohon itu suka sekali bermain dengannya.
Waktu berlalu .. Anak kecil itu tumbuh besar dan tidak lagi bermain di sekitar pohon itu setiap harinya. Suatu hari, anak itu kembali ke pohon itu dan kelihatan sedih. “Mari bermain denganku .. ,” kata pohon kepada anak itu.
“Saya sudah bukan anak kecil lagi, dan saya tidak bermain di sekitar pohon lagi.” Anak itu menyahut, “Aku ingin mainan. Aku ingin uang untuk membeli mainan.” “Maaf, saya tidak punya uang .. tapi, anda dapat mengambil seluruh apelku dan menjualnya. Jadi, anda mendapatkan uang.” Anak itu gembira. Ia pungut seluruh apel di pohon itu dan pergi dengan suka ria. Selanjutnya anak itu tidak lagi kembali setelah mengambil apel-apel itu. Si pohon sedih.
Suatu hari, anak itu datang lagi dan si pohon sungguh sangat gembira. “Datang dan bermain denganku,” kata pohon. Saya tidak punya waktu untuk bermain. Saya harus kerja untuk keluargaku. Saya membutuhkan rumah untuk berlindung. Dapatkah engkau menolongku ?” “Maaf, saya tidak punya rumah. Tapi, anda dapat memotong dahanku untuk membangun suatu rumah.” Selanjutnya, anak itu memotong seluruh dahan pohon itu dan pergi dengan gembira.
Pohon itu senang melihatnya gembira, tapi anak itu tidak pernah kembali lagi semenjak itu. Pohon itu kesepian dan sedih. Pada suatu musim panas, anak itu kembali lagi dan si pohon menjadi gembira. “Datang dan bermain denganku!” kata pohon itu.
“Saya sedang sedih. Saya ingin pergi berlayar untuk santai. Dapatkah kau buatkan aku sebuah perahu ?” “Gunakan kayuku untuk membuat perahumu.Anda dapat memancing di kejauhan dan bersenang- senang.” Selanjutnya, anak itu memotong pohon itu untuk membuat perahu. Ia pergi berlayar dan tidak pernah terlihat dalam waktu yang cukup lama.

Akhirnya, anak itu kembali setelah ia pergi beberapa tahun. “Maaf, anakku.Tapi, saya tidak punya sesuatu lagi untukmu. Tidak punya apel ..” kata si pohon. “Saya tidak punya gigi untuk menggigit” kata anak itu. “Saya tidak punya dahan untuk kau panjati” 
“Saya terlalu tua untuk memanjat sekarang” kata anak itu. “Saya benar-benar tidak dapat memberimu sesuatu ..Satu-satunya yang tertinggal adalah akarku yang mati” kata pohon itu sambil menangis.
“Saya tidak terlalu membutuhkannya .. hanya sebagai tempat istirahat. Saya sangat lelah setelah sekian tahun ini.” jawab anak itu.
“oh .. bagus ! Akar pohon yang tua adalah tempat yang cocok untuk sandaran dan istirahat. Sini .. sini .. duduk di sini denganku dan istirahat.”
Anak itu duduk, dan membuat pohon itu gembira dan tersenyum mengeluarkan air mata …..
- Anonymous-

Tidak ada komentar:

Jumat, 03 Juni 2011

Persahabatan Pohon Apel



Dahulu kala, ada sebuah pohon apel yang sangat besar. Seorang anak kecil suka datang dan bermain di sekitarnya setiap hari. Ia memanjat puncuk pohon, memakan buah apel, dan istirahat di bawah bayangannya.Ia suka sekali pada pohon itu, dan pohon itu suka sekali bermain dengannya.
Waktu berlalu .. Anak kecil itu tumbuh besar dan tidak lagi bermain di sekitar pohon itu setiap harinya. Suatu hari, anak itu kembali ke pohon itu dan kelihatan sedih. “Mari bermain denganku .. ,” kata pohon kepada anak itu.
“Saya sudah bukan anak kecil lagi, dan saya tidak bermain di sekitar pohon lagi.” Anak itu menyahut, “Aku ingin mainan. Aku ingin uang untuk membeli mainan.” “Maaf, saya tidak punya uang .. tapi, anda dapat mengambil seluruh apelku dan menjualnya. Jadi, anda mendapatkan uang.” Anak itu gembira. Ia pungut seluruh apel di pohon itu dan pergi dengan suka ria. Selanjutnya anak itu tidak lagi kembali setelah mengambil apel-apel itu. Si pohon sedih.
Suatu hari, anak itu datang lagi dan si pohon sungguh sangat gembira. “Datang dan bermain denganku,” kata pohon. Saya tidak punya waktu untuk bermain. Saya harus kerja untuk keluargaku. Saya membutuhkan rumah untuk berlindung. Dapatkah engkau menolongku ?” “Maaf, saya tidak punya rumah. Tapi, anda dapat memotong dahanku untuk membangun suatu rumah.” Selanjutnya, anak itu memotong seluruh dahan pohon itu dan pergi dengan gembira.
Pohon itu senang melihatnya gembira, tapi anak itu tidak pernah kembali lagi semenjak itu. Pohon itu kesepian dan sedih. Pada suatu musim panas, anak itu kembali lagi dan si pohon menjadi gembira. “Datang dan bermain denganku!” kata pohon itu.
“Saya sedang sedih. Saya ingin pergi berlayar untuk santai. Dapatkah kau buatkan aku sebuah perahu ?” “Gunakan kayuku untuk membuat perahumu.Anda dapat memancing di kejauhan dan bersenang- senang.” Selanjutnya, anak itu memotong pohon itu untuk membuat perahu. Ia pergi berlayar dan tidak pernah terlihat dalam waktu yang cukup lama.

Akhirnya, anak itu kembali setelah ia pergi beberapa tahun. “Maaf, anakku.Tapi, saya tidak punya sesuatu lagi untukmu. Tidak punya apel ..” kata si pohon. “Saya tidak punya gigi untuk menggigit” kata anak itu. “Saya tidak punya dahan untuk kau panjati” 
“Saya terlalu tua untuk memanjat sekarang” kata anak itu. “Saya benar-benar tidak dapat memberimu sesuatu ..Satu-satunya yang tertinggal adalah akarku yang mati” kata pohon itu sambil menangis.
“Saya tidak terlalu membutuhkannya .. hanya sebagai tempat istirahat. Saya sangat lelah setelah sekian tahun ini.” jawab anak itu.
“oh .. bagus ! Akar pohon yang tua adalah tempat yang cocok untuk sandaran dan istirahat. Sini .. sini .. duduk di sini denganku dan istirahat.”
Anak itu duduk, dan membuat pohon itu gembira dan tersenyum mengeluarkan air mata …..
- Anonymous-

Tidak ada komentar: