Beberapa hari ini saya sedang menekuni satu buku yang berjudul The Geography of Bliss. Buku ini saya temukan di rak bagian traveling di sebuah toko buku, jadi awalnya saya berharap buku ini mengupas tentang hal-hal menarik dari banyak negara namun nyatanya yang saya dapatkan lebih dari itu. Eric Weiner, penulisnya adalah seorang wartawan yang sedang melakukan riset tentang kebahagiaan, sehingga gaya bahasa dari buku ini bukan hanya tentang berbagi pengalaman seperti pada umumnya buku tentang traveling tetapi juga tentang riset dan ilmu pengetahuan yang mendalam (dalam beberapa hal tidak saya mengerti) serta cara penyampaian yang lucu dan apa adanya menjadi buku ini sangat menarik.
Sejujurnya saya tidak ingin mengupas tentang buku ini. Tapi bagian di dalamnya yang saya garis bawahi. Tentang kebahagiaan negara dalam versi Bhutan, negara yang bahagia. Bagaimana tidak bahagia jika raja di Bhutan Wang Chuk (1973) sudah menggagas Bhutan menjadi negara yang bahagia dengan menetapkan Kebahagiaan Nasional Bruto (Gross National Happiness) lebih penting dari Produk Nasional Bruto.
Kenyataannya, banyak hal terbalik berlaku di Bhutan, di negara ini mengganggap angka 13 adalah angka yang mujur, anak-anak disana akan menyambut anda dengan kata 'bye-bye', raja berkeinginan menghentikan dirinya sendiri dan terakhir di negara berkembang ini mariyuana diberikan kepada babi, karena dapat membuat babi lapar dan akan menggemukkannya. Hay..hay..hay..saya suka ide itu.
Bhutan adalah salah satu negara yang dinobatkan sebagai pengawal bumi, mereka sangat cinta lingkungan, Bahkan raja mewajibkan setiap warga negaranya menanam minimal 10 pohon dalam 1 tahun (kebijakan yang sangat hijau ^^) dan mereka menolak menjual kayu yang berharga (itu keren !).
"Ketika pohon terakhir ditebang
Ketika sungai terakhir dikosongkan,
Ketika ikan terakhir ditangkap. Barulah manusia akan menyadari bahwa dia tidak dapat makan uang"
Kalau anda ke Bhutan mungkin anda akan sering melihat rambu-rambu ini !
Banyak hal yang saya pelajari dari Bhutan yang kemudian menjadikannya negara yang bahagia. Sederhanaannya mungkin justru menjadi identitas (kalau anda tidak percaya, ketik bhutan pada mesin pencari anda dan gambar pertama yang anda lihat adalah wajah tampan raja bhutan dalam balutan gho-pakaian nasional bhutan yang dipakai laki-laki di bhutan setiap hari, dalam kesederhanaanya negerinya). Jangan anda berfikir kesederhanaan ini timbul karena kemiskinan negerinya, bhutan adalah negara yang kaya kekayaan alam selain hutan ternyata dalam 'perut' bhutan terkandung minyak bumi dan atas perintah raja, tidak diperbolehkan dilakukan pengeboran. Kesederhanaan juga terlihat dari penduduk bhutan yang bersekolah ke luar negeri, 90% akan kembali ke bhutan dan mengorbankan gaya hidup barat untuk menyesuaikan diri dengan masyarakat bhutan.
Banyak hal menarik dari negara di lembah himalaya ini dapat kita jadikan contoh, setidaknya dari caranya mencintai bumi ini. Tapi jangan kuatir, Anda juga berada dalam negara dengan tingkat kebahagiaan yang tinggi. Survey yang di buat Ipsos Global untuk kategori 'bahagia' dan 'sangat bahagia' yang kemudian dimuat di majalah TIME (2012) menyebutkan bahwa 51% warga Indonesia sangat bahagia dan 49% lainnya bahagia. Dan ini paling tinggi diantara negara-negara yang di survey, Sayang Bhutan tidak masuk dalam survey ini ^^ . Sayangnya, meski tetap menjadi negara paling bahagia dalam survey ini Indonesia turun 7 point dari tahun 2007.
Saya harap Anda termasuk 51% dari survey itu ! Kalau anda masih termasuk dalam 49% lainnya, saran saya bersyukurlah maka Anda akan bahagia ^^
Selasa, 27 Mei 2014
Geography of Bliss-Bhutan
Author:
arinaforlife
Label:
Buku,
Cuma mau cerita,
Renungan
Geography of Bliss-Bhutan
Beberapa hari ini saya sedang menekuni satu buku yang berjudul The Geography of Bliss. Buku ini saya temukan di rak bagian traveling di sebuah toko buku, jadi awalnya saya berharap buku ini mengupas tentang hal-hal menarik dari banyak negara namun nyatanya yang saya dapatkan lebih dari itu. Eric Weiner, penulisnya adalah seorang wartawan yang sedang melakukan riset tentang kebahagiaan, sehingga gaya bahasa dari buku ini bukan hanya tentang berbagi pengalaman seperti pada umumnya buku tentang traveling tetapi juga tentang riset dan ilmu pengetahuan yang mendalam (dalam beberapa hal tidak saya mengerti) serta cara penyampaian yang lucu dan apa adanya menjadi buku ini sangat menarik.
Sejujurnya saya tidak ingin mengupas tentang buku ini. Tapi bagian di dalamnya yang saya garis bawahi. Tentang kebahagiaan negara dalam versi Bhutan, negara yang bahagia. Bagaimana tidak bahagia jika raja di Bhutan Wang Chuk (1973) sudah menggagas Bhutan menjadi negara yang bahagia dengan menetapkan Kebahagiaan Nasional Bruto (Gross National Happiness) lebih penting dari Produk Nasional Bruto.
Kenyataannya, banyak hal terbalik berlaku di Bhutan, di negara ini mengganggap angka 13 adalah angka yang mujur, anak-anak disana akan menyambut anda dengan kata 'bye-bye', raja berkeinginan menghentikan dirinya sendiri dan terakhir di negara berkembang ini mariyuana diberikan kepada babi, karena dapat membuat babi lapar dan akan menggemukkannya. Hay..hay..hay..saya suka ide itu.
Bhutan adalah salah satu negara yang dinobatkan sebagai pengawal bumi, mereka sangat cinta lingkungan, Bahkan raja mewajibkan setiap warga negaranya menanam minimal 10 pohon dalam 1 tahun (kebijakan yang sangat hijau ^^) dan mereka menolak menjual kayu yang berharga (itu keren !).
"Ketika pohon terakhir ditebang
Ketika sungai terakhir dikosongkan,
Ketika ikan terakhir ditangkap. Barulah manusia akan menyadari bahwa dia tidak dapat makan uang"
Kalau anda ke Bhutan mungkin anda akan sering melihat rambu-rambu ini !
Banyak hal yang saya pelajari dari Bhutan yang kemudian menjadikannya negara yang bahagia. Sederhanaannya mungkin justru menjadi identitas (kalau anda tidak percaya, ketik bhutan pada mesin pencari anda dan gambar pertama yang anda lihat adalah wajah tampan raja bhutan dalam balutan gho-pakaian nasional bhutan yang dipakai laki-laki di bhutan setiap hari, dalam kesederhanaanya negerinya). Jangan anda berfikir kesederhanaan ini timbul karena kemiskinan negerinya, bhutan adalah negara yang kaya kekayaan alam selain hutan ternyata dalam 'perut' bhutan terkandung minyak bumi dan atas perintah raja, tidak diperbolehkan dilakukan pengeboran. Kesederhanaan juga terlihat dari penduduk bhutan yang bersekolah ke luar negeri, 90% akan kembali ke bhutan dan mengorbankan gaya hidup barat untuk menyesuaikan diri dengan masyarakat bhutan.
Banyak hal menarik dari negara di lembah himalaya ini dapat kita jadikan contoh, setidaknya dari caranya mencintai bumi ini. Tapi jangan kuatir, Anda juga berada dalam negara dengan tingkat kebahagiaan yang tinggi. Survey yang di buat Ipsos Global untuk kategori 'bahagia' dan 'sangat bahagia' yang kemudian dimuat di majalah TIME (2012) menyebutkan bahwa 51% warga Indonesia sangat bahagia dan 49% lainnya bahagia. Dan ini paling tinggi diantara negara-negara yang di survey, Sayang Bhutan tidak masuk dalam survey ini ^^ . Sayangnya, meski tetap menjadi negara paling bahagia dalam survey ini Indonesia turun 7 point dari tahun 2007.
Saya harap Anda termasuk 51% dari survey itu ! Kalau anda masih termasuk dalam 49% lainnya, saran saya bersyukurlah maka Anda akan bahagia ^^
Sejujurnya saya tidak ingin mengupas tentang buku ini. Tapi bagian di dalamnya yang saya garis bawahi. Tentang kebahagiaan negara dalam versi Bhutan, negara yang bahagia. Bagaimana tidak bahagia jika raja di Bhutan Wang Chuk (1973) sudah menggagas Bhutan menjadi negara yang bahagia dengan menetapkan Kebahagiaan Nasional Bruto (Gross National Happiness) lebih penting dari Produk Nasional Bruto.
Kenyataannya, banyak hal terbalik berlaku di Bhutan, di negara ini mengganggap angka 13 adalah angka yang mujur, anak-anak disana akan menyambut anda dengan kata 'bye-bye', raja berkeinginan menghentikan dirinya sendiri dan terakhir di negara berkembang ini mariyuana diberikan kepada babi, karena dapat membuat babi lapar dan akan menggemukkannya. Hay..hay..hay..saya suka ide itu.
Bhutan adalah salah satu negara yang dinobatkan sebagai pengawal bumi, mereka sangat cinta lingkungan, Bahkan raja mewajibkan setiap warga negaranya menanam minimal 10 pohon dalam 1 tahun (kebijakan yang sangat hijau ^^) dan mereka menolak menjual kayu yang berharga (itu keren !).
"Ketika pohon terakhir ditebang
Ketika sungai terakhir dikosongkan,
Ketika ikan terakhir ditangkap. Barulah manusia akan menyadari bahwa dia tidak dapat makan uang"
Kalau anda ke Bhutan mungkin anda akan sering melihat rambu-rambu ini !
Banyak hal yang saya pelajari dari Bhutan yang kemudian menjadikannya negara yang bahagia. Sederhanaannya mungkin justru menjadi identitas (kalau anda tidak percaya, ketik bhutan pada mesin pencari anda dan gambar pertama yang anda lihat adalah wajah tampan raja bhutan dalam balutan gho-pakaian nasional bhutan yang dipakai laki-laki di bhutan setiap hari, dalam kesederhanaanya negerinya). Jangan anda berfikir kesederhanaan ini timbul karena kemiskinan negerinya, bhutan adalah negara yang kaya kekayaan alam selain hutan ternyata dalam 'perut' bhutan terkandung minyak bumi dan atas perintah raja, tidak diperbolehkan dilakukan pengeboran. Kesederhanaan juga terlihat dari penduduk bhutan yang bersekolah ke luar negeri, 90% akan kembali ke bhutan dan mengorbankan gaya hidup barat untuk menyesuaikan diri dengan masyarakat bhutan.
Banyak hal menarik dari negara di lembah himalaya ini dapat kita jadikan contoh, setidaknya dari caranya mencintai bumi ini. Tapi jangan kuatir, Anda juga berada dalam negara dengan tingkat kebahagiaan yang tinggi. Survey yang di buat Ipsos Global untuk kategori 'bahagia' dan 'sangat bahagia' yang kemudian dimuat di majalah TIME (2012) menyebutkan bahwa 51% warga Indonesia sangat bahagia dan 49% lainnya bahagia. Dan ini paling tinggi diantara negara-negara yang di survey, Sayang Bhutan tidak masuk dalam survey ini ^^ . Sayangnya, meski tetap menjadi negara paling bahagia dalam survey ini Indonesia turun 7 point dari tahun 2007.
Saya harap Anda termasuk 51% dari survey itu ! Kalau anda masih termasuk dalam 49% lainnya, saran saya bersyukurlah maka Anda akan bahagia ^^
1 komentar:
- Ninda mengatakan...
-
Im very happpyyyyyy :D barangkali bahagia itu krn kita mengizinkn diri kita untuk bahagia ya kak
- 5/27/2014 01:24:00 PM
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Selasa, 27 Mei 2014
Geography of Bliss-Bhutan
Beberapa hari ini saya sedang menekuni satu buku yang berjudul The Geography of Bliss. Buku ini saya temukan di rak bagian traveling di sebuah toko buku, jadi awalnya saya berharap buku ini mengupas tentang hal-hal menarik dari banyak negara namun nyatanya yang saya dapatkan lebih dari itu. Eric Weiner, penulisnya adalah seorang wartawan yang sedang melakukan riset tentang kebahagiaan, sehingga gaya bahasa dari buku ini bukan hanya tentang berbagi pengalaman seperti pada umumnya buku tentang traveling tetapi juga tentang riset dan ilmu pengetahuan yang mendalam (dalam beberapa hal tidak saya mengerti) serta cara penyampaian yang lucu dan apa adanya menjadi buku ini sangat menarik.
Sejujurnya saya tidak ingin mengupas tentang buku ini. Tapi bagian di dalamnya yang saya garis bawahi. Tentang kebahagiaan negara dalam versi Bhutan, negara yang bahagia. Bagaimana tidak bahagia jika raja di Bhutan Wang Chuk (1973) sudah menggagas Bhutan menjadi negara yang bahagia dengan menetapkan Kebahagiaan Nasional Bruto (Gross National Happiness) lebih penting dari Produk Nasional Bruto.
Kenyataannya, banyak hal terbalik berlaku di Bhutan, di negara ini mengganggap angka 13 adalah angka yang mujur, anak-anak disana akan menyambut anda dengan kata 'bye-bye', raja berkeinginan menghentikan dirinya sendiri dan terakhir di negara berkembang ini mariyuana diberikan kepada babi, karena dapat membuat babi lapar dan akan menggemukkannya. Hay..hay..hay..saya suka ide itu.
Bhutan adalah salah satu negara yang dinobatkan sebagai pengawal bumi, mereka sangat cinta lingkungan, Bahkan raja mewajibkan setiap warga negaranya menanam minimal 10 pohon dalam 1 tahun (kebijakan yang sangat hijau ^^) dan mereka menolak menjual kayu yang berharga (itu keren !).
"Ketika pohon terakhir ditebang
Ketika sungai terakhir dikosongkan,
Ketika ikan terakhir ditangkap. Barulah manusia akan menyadari bahwa dia tidak dapat makan uang"
Kalau anda ke Bhutan mungkin anda akan sering melihat rambu-rambu ini !
Banyak hal yang saya pelajari dari Bhutan yang kemudian menjadikannya negara yang bahagia. Sederhanaannya mungkin justru menjadi identitas (kalau anda tidak percaya, ketik bhutan pada mesin pencari anda dan gambar pertama yang anda lihat adalah wajah tampan raja bhutan dalam balutan gho-pakaian nasional bhutan yang dipakai laki-laki di bhutan setiap hari, dalam kesederhanaanya negerinya). Jangan anda berfikir kesederhanaan ini timbul karena kemiskinan negerinya, bhutan adalah negara yang kaya kekayaan alam selain hutan ternyata dalam 'perut' bhutan terkandung minyak bumi dan atas perintah raja, tidak diperbolehkan dilakukan pengeboran. Kesederhanaan juga terlihat dari penduduk bhutan yang bersekolah ke luar negeri, 90% akan kembali ke bhutan dan mengorbankan gaya hidup barat untuk menyesuaikan diri dengan masyarakat bhutan.
Banyak hal menarik dari negara di lembah himalaya ini dapat kita jadikan contoh, setidaknya dari caranya mencintai bumi ini. Tapi jangan kuatir, Anda juga berada dalam negara dengan tingkat kebahagiaan yang tinggi. Survey yang di buat Ipsos Global untuk kategori 'bahagia' dan 'sangat bahagia' yang kemudian dimuat di majalah TIME (2012) menyebutkan bahwa 51% warga Indonesia sangat bahagia dan 49% lainnya bahagia. Dan ini paling tinggi diantara negara-negara yang di survey, Sayang Bhutan tidak masuk dalam survey ini ^^ . Sayangnya, meski tetap menjadi negara paling bahagia dalam survey ini Indonesia turun 7 point dari tahun 2007.
Saya harap Anda termasuk 51% dari survey itu ! Kalau anda masih termasuk dalam 49% lainnya, saran saya bersyukurlah maka Anda akan bahagia ^^
Sejujurnya saya tidak ingin mengupas tentang buku ini. Tapi bagian di dalamnya yang saya garis bawahi. Tentang kebahagiaan negara dalam versi Bhutan, negara yang bahagia. Bagaimana tidak bahagia jika raja di Bhutan Wang Chuk (1973) sudah menggagas Bhutan menjadi negara yang bahagia dengan menetapkan Kebahagiaan Nasional Bruto (Gross National Happiness) lebih penting dari Produk Nasional Bruto.
Kenyataannya, banyak hal terbalik berlaku di Bhutan, di negara ini mengganggap angka 13 adalah angka yang mujur, anak-anak disana akan menyambut anda dengan kata 'bye-bye', raja berkeinginan menghentikan dirinya sendiri dan terakhir di negara berkembang ini mariyuana diberikan kepada babi, karena dapat membuat babi lapar dan akan menggemukkannya. Hay..hay..hay..saya suka ide itu.
Bhutan adalah salah satu negara yang dinobatkan sebagai pengawal bumi, mereka sangat cinta lingkungan, Bahkan raja mewajibkan setiap warga negaranya menanam minimal 10 pohon dalam 1 tahun (kebijakan yang sangat hijau ^^) dan mereka menolak menjual kayu yang berharga (itu keren !).
"Ketika pohon terakhir ditebang
Ketika sungai terakhir dikosongkan,
Ketika ikan terakhir ditangkap. Barulah manusia akan menyadari bahwa dia tidak dapat makan uang"
Kalau anda ke Bhutan mungkin anda akan sering melihat rambu-rambu ini !
Banyak hal yang saya pelajari dari Bhutan yang kemudian menjadikannya negara yang bahagia. Sederhanaannya mungkin justru menjadi identitas (kalau anda tidak percaya, ketik bhutan pada mesin pencari anda dan gambar pertama yang anda lihat adalah wajah tampan raja bhutan dalam balutan gho-pakaian nasional bhutan yang dipakai laki-laki di bhutan setiap hari, dalam kesederhanaanya negerinya). Jangan anda berfikir kesederhanaan ini timbul karena kemiskinan negerinya, bhutan adalah negara yang kaya kekayaan alam selain hutan ternyata dalam 'perut' bhutan terkandung minyak bumi dan atas perintah raja, tidak diperbolehkan dilakukan pengeboran. Kesederhanaan juga terlihat dari penduduk bhutan yang bersekolah ke luar negeri, 90% akan kembali ke bhutan dan mengorbankan gaya hidup barat untuk menyesuaikan diri dengan masyarakat bhutan.
Banyak hal menarik dari negara di lembah himalaya ini dapat kita jadikan contoh, setidaknya dari caranya mencintai bumi ini. Tapi jangan kuatir, Anda juga berada dalam negara dengan tingkat kebahagiaan yang tinggi. Survey yang di buat Ipsos Global untuk kategori 'bahagia' dan 'sangat bahagia' yang kemudian dimuat di majalah TIME (2012) menyebutkan bahwa 51% warga Indonesia sangat bahagia dan 49% lainnya bahagia. Dan ini paling tinggi diantara negara-negara yang di survey, Sayang Bhutan tidak masuk dalam survey ini ^^ . Sayangnya, meski tetap menjadi negara paling bahagia dalam survey ini Indonesia turun 7 point dari tahun 2007.
Saya harap Anda termasuk 51% dari survey itu ! Kalau anda masih termasuk dalam 49% lainnya, saran saya bersyukurlah maka Anda akan bahagia ^^
Label:
Buku,
Cuma mau cerita,
Renungan
1 komentar:
- Ninda mengatakan...
-
Im very happpyyyyyy :D barangkali bahagia itu krn kita mengizinkn diri kita untuk bahagia ya kak
- 5/27/2014 01:24:00 PM
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
1 komentar:
at: 5/27/2014 01:24:00 PM mengatakan...
Im very happpyyyyyy :D barangkali bahagia itu krn kita mengizinkn diri kita untuk bahagia ya kak
Posting Komentar