Sepertinya hujan mulai turun, meski masih tanpa jadwal pasti...ya terkadang hujan datang mengejutkan. Biasanya membuat resah, tapi tak jarang membawa senyuman...tetapi buat saya hujan tetap menyejukkan.
Berbeda dengan kesejukan, akhir bulan ini saya banyak mendengar kedukaan. Kesedihan, dimana saya banyak belajar darinya...
Akhir pekan saya mendengar berita duka, kali ini bukan siapa yang telah berpulang...tapi kisahnya yang membuat saya mengingat kepedihan kehilangan seorang sahabat setahun yang lalu. Karena ciuman kupu-kupu, ya...karena LUPUS ( Systemic Lupus Erythematosus).
Entah kenapa saya selalu sedih mendengar bagaimana penyakit itu menimbulkan derita, setelah kematian sahabat, saya sempat membaca banyak tentang penyakit ini dan benar saja, seorang sahabat yang baru saja kehilangan saudara kandungnya karena LUPUS berkata pada saya, "hanya Tuhan yang tahu Mbak kepada siapa penyakit ini ditimpakan". Dan kembali beliau mengingatkan saya, "Penyakit ini benar-benar punya 1000 wajah, serba tidak jelas, tidak pasti..." Dan perkataannya yang terakhir membuat saya terhenyak, "Penyakit ini sebagai pelajaran buat kita, agar kita bersyukur dengan kesehatan kita..." Ya sekali lagi beliau benar. Perbincangan singkat kami tidak hanya membuat saya berkaca-kaca tapi juga membuat saya bersyukur kepada Allah karena kesehatan ini begitu berharga...dan membuat saya tertegun tentang tidak terduganya kehidupan ini.
Tempat di mana saya benar-benar merasa sendiri
Belum habis duka saya, dua hari kemudian saya ditinggalkan sahabat saya...menyedihkan menyadari bahwa akhirnya saya merasa sendiri, di tempat-tempat yang biasa kami habiskan bersama. Ya...saya benar-benar merasa kehilangan. Nyatanya, saya berpisah...begitu saja. Tapi saya tahu, pilihan yang diambilnya adalah pilihan hidup terbaik. Seperti dia, saya juga tak akan sanggup dengan sebuah kata perpisahan...jadi ketika dia pergi begitu saja...semuanya hanya nampak seperti mimpi.
Setidaknya, saya masih bisa bersyukur atas segala kemurahan-Nya.