Minggu, 06 Desember 2009
Renungan Baru
7 alasan mencela diri
(Kahlil Gibran)
Tujuh kali aku pernah mencela jiwaku :
Pertama kali ketika aku melihatnya lemah padahal seharusnya ia bisa kuat
Kedua kali ketika melihatnya berjalan terpincang-pincang di hadapan seorang yang lumpuh
Ketiga kali ketika berhadapan dengan pilihan yang sulit dan yang mudah, ia memilih yang mudah
Keempat kalinya, ketika ia melakukan kesalahan, dan menghibur diri dengan mengatakan bahwa semua orang juga melakukan kesalahan
Kelima kalinya, ketika ia menghindar karena takut ia mengatakannya sebagai sabar
Keenam kalinya ketika dia mengejek kepada sebentuk wajah buruk, padahal ia tahu bahwa wajah itu adalah salah satu topeng yang sering ia kenakan
Dan ketujuh, ketika ia menyanyikan lagu pujian, dan menganggap itu sebagai sesuatu yang bermanfaat
Renungan Baru
7 alasan mencela diri
(Kahlil Gibran)
Tujuh kali aku pernah mencela jiwaku :
Pertama kali ketika aku melihatnya lemah padahal seharusnya ia bisa kuat
Kedua kali ketika melihatnya berjalan terpincang-pincang di hadapan seorang yang lumpuh
Ketiga kali ketika berhadapan dengan pilihan yang sulit dan yang mudah, ia memilih yang mudah
Keempat kalinya, ketika ia melakukan kesalahan, dan menghibur diri dengan mengatakan bahwa semua orang juga melakukan kesalahan
Kelima kalinya, ketika ia menghindar karena takut ia mengatakannya sebagai sabar
Keenam kalinya ketika dia mengejek kepada sebentuk wajah buruk, padahal ia tahu bahwa wajah itu adalah salah satu topeng yang sering ia kenakan
Dan ketujuh, ketika ia menyanyikan lagu pujian, dan menganggap itu sebagai sesuatu yang bermanfaat
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Minggu, 06 Desember 2009
Renungan Baru
7 alasan mencela diri
(Kahlil Gibran)
Tujuh kali aku pernah mencela jiwaku :
Pertama kali ketika aku melihatnya lemah padahal seharusnya ia bisa kuat
Kedua kali ketika melihatnya berjalan terpincang-pincang di hadapan seorang yang lumpuh
Ketiga kali ketika berhadapan dengan pilihan yang sulit dan yang mudah, ia memilih yang mudah
Keempat kalinya, ketika ia melakukan kesalahan, dan menghibur diri dengan mengatakan bahwa semua orang juga melakukan kesalahan
Kelima kalinya, ketika ia menghindar karena takut ia mengatakannya sebagai sabar
Keenam kalinya ketika dia mengejek kepada sebentuk wajah buruk, padahal ia tahu bahwa wajah itu adalah salah satu topeng yang sering ia kenakan
Dan ketujuh, ketika ia menyanyikan lagu pujian, dan menganggap itu sebagai sesuatu yang bermanfaat
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
0 komentar:
Posting Komentar